Lihat ke Halaman Asli

Airani Listia

TERVERIFIKASI

Ibu Rumah Tangga dan Freelance Content Writer

Pengangguran Meningkat, Penipuan Lowongan Kerja Kian Marak

Diperbarui: 14 September 2024   21:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi proses rekrutmen kerja I sumber: pexels.com/Sora Shimazaki

Membaca topik pilihan ini membuat saya tergerak, untuk ikut menulis mengenai masalah penipuan lowongan kerja yang kian marak.

Memang tak bisa dimungkiri, kini oknum punya banyak cara untuk menipu. Tidak hanya penipuan melalui kirim link atau apk di WhatsApp, penipuan mengatasnamakan kurir, bahkan menipu orang yang sedang sulit mencari pekerjaan.

Saya pernah dicatut namanya dalam modus penipuan, orang lain mengatasnamakan saya meminta sejumlah uang pada teman lama. Saya juga pernah tertipu melalui modus jual beli barang. Ada sedikit rasa syukur, saya belum pernah terkena modus penipuan lowongan kerja. Dan berharap jangan sampai tertipu.

Sebenarnya apa yang menjadi alasan penipuan lowongan kerja makin merajalela? Penipuan lowongan kerja seperti apa yang perlu diwaspadai?

Lapangan Kerja Menurun, Pengangguran Meningkat

Ada fakta menarik yang saya ketahui melalui berita Kompas.com (24/05/2024), nyatanya hampir 10 juta penduduk gen Z berusia 15-24 tahun berstatus sebagai pengangguran, ini berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS). Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah mengungkapkan, mereka yang menganggur banyak berasal anak muda yang baru saja lulus dari SMA sederajat atau perguruan tinggi.

Dari analisa Menaker Ida, kurang sinkronisasi antara pendidikan dengan permintaan tenaga kerja menjadi alasan pertama yang mengakibatkan pengangguran meningkat.

Kemudian, dari hasil olahan Tim Jurnalisme Data Harian Kompas terhadap data Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Badan Pusat Statistik (BPS), sejak bulan Februari tahun 2009, 2014, 2019, dan 2024 menunjukkan adanya tren penurunan penciptaan lapangan kerja di sektor formal.

Pada periode 2009-2014, lapangan kerja tercipta di sektor formal telah menyerap 15,6 juta orang. Periode 2014-2019, menurun hanya menyerap 8,5 juta orang. Sedangkan periode 2019-2024, penurunan drastis menjadi 2 juta orang saja. Artinya, hanya 2 juta orang beruntung dari puluhan juta pelamar kerja yang berhasil mendapatkan pekerjaan di sektor formal.

Saya pun salah satu pekerja yang memiliki pendidikan tidak sesuai dengan pekerjaan. Saya yang lulusan  S1 Pendidikan, awal karir memilih menjadi customer service, beralih menjadi admin, sampai pernah menjabat posisi supervisor marketplace di tempat kerja sebelumnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline