Lihat ke Halaman Asli

Airani Listia

TERVERIFIKASI

Ibu Rumah Tangga dan Freelance Content Writer

Pekan ASI Sedunia, Dilema Menyusui Ibu yang Bekerja

Diperbarui: 15 Agustus 2023   12:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ayah, Ibu, apakah ada yang tahu? Hari ini sudah memasuki hari keempat pada Pekan ASI Sedunia 2023, lho! Pekan ASI Sedunia (World Breastfeeding Week/WBW) diperingati setiap tahunnya pada tanggal 1-7 Agustus.

Menurut informasi laman WABA, Pekan ASI Sedunia diperingati pertama kali pada 1992, tahun ini adalah peringatan ke-32. Wah, ternyata sudah sangat lama, lebih dari usia saya.

Setiap tahun, Pekan ASI Sedunia selalu mengusung tema yang berbeda. Pada tahun ini, tema yang diangkat yaitu "Enabling Breastfeeding: Making a difference for working parents" yang artinya, "Mengaktifkan Menyusui: Membuat perbedaan bagi orangtua yang bekerja".

Ada empat tujuan yang diinginkan dalam kampanye Pekan ASI Sedunia 2023. Pertama, memberitahukan masyarakat umum mengenai perspektif orangtua yang bekerja tentang menyusui, dan mengasuh anak. Kedua, memastikan adanya kebijakan, dan alat yang mendukung saat bekerja untuk pemberian ASI eksklusif pada bayi.

Ketiga, melibatkan semua pihak untuk mewujudkan peningkatan dukungan pemberian ASI di tempat kerja. Terakhir, menggembleng tindakan untuk peningkatan kualitas kerja tanpa mengganggu proses pemberian ASI eksklusif. Dengan harapan terciptanya lingkungan ramah menyusui untuk ibu bekerja.

Saya jadi teringat, pengalaman beberapa tahun lalu, saat melakukan pemberian ASI eksklusif pertama kali pada anak sulung selama masih bekerja. Ada dilema yang terjadi ketika pemberian ASI pada anak sulung saya.

Keluarnya ASI pada hari ketiga

Banyak sekali suka duka yang dihadapi pada masa pemberian ASI eksklusif saat itu. Dari mulai rasa cemas, sedih, stres, sampai sempat kebingungan karena ASI tak kunjung keluar pada hari kedua pasca melahirkan normal.

Anak yang sering menangis, membuat stres makin menjadi. Padahal, segala upaya sudah dilakukan agar ASI bisa keluar sesuai arahan bidan. Ada yang menawarkan mengoleskan madu di bibir bayi untuk menenangkan bayi yang rewel, dan saya langsung menolaknya. Meyakinkan keluarga bahwa ASI akan segera keluar, dan anak saya bisa segera meminum ASI.

Pada malamnya, di hari ketiga, saya sangat bersyukur karena ASI keluar perlahan, kolostrum langsung saya berikan pada bayi. Kemudian selang beberapa jam, ASI mulai perlahan menjadi deras.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline