Lihat ke Halaman Asli

AI RAHMAH

Pelajar

Aku, Kamu dan Tuhan

Diperbarui: 9 November 2024   11:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Cinta memang sebuah fitrah, tidak ada satu pun manusia yang tidak memiliki rasa cinta. Namun, ada baik nya sebelum mencintai harus mengetahui konsekuensinya. Konsekuensi antara di terima atau di tinggalkan.

Aku, seorang pengagum makhluk Tuhan, aku yang selalu memandangi kamu di balik tempat yang tidak kamu lihat, percayalah, bahwa diam diam aku sering melangitkan nama mu dalam setiap doa, tak pernah berubah, selalu sama dan berharap kamu bahagia di sana.

Karena, tak semua hal harus di sampaikan, sebab, terkadang memendam terasa menenangkan, aku hanya perlu mengingat rasa ini dalam doa, dan lagi lagi aku hanya bisa melangitkan nama mu yang ku titip pada semesta dalam sebuah kata semoga.

Dengan begitu aku tidak perlu cemas untuk meyakinkan penduduk semesta tentang mengapa aku memilih untuk diam tanpa berkata sedikit pun tentang rasa ini. Karena jujur, aku lebih baik memilih diam, dari pada harus mengungkapkan rasa ini, meskipun banyak konsekuensi yang harus aku hadapi nantinya, tapi aku selalu berharap semuanya akan baik baik saja, yaa.. meskipun nanti jalannya pasti jauh berbeda dengan apa yang aku rencana kan sekarang, tapi gak papa, meskipun begitu, aku selalu bersyukur karena bagian ini adalah salah satu bagian yang membuat aku sadar bahwa semua yang kita rencanakan belum tentu menjadi jalan yang terbaik buat kita.

Kalau di pikir pikir kita lucu ya, aku seperti lilin ulang tahun bagimu, kamu datang dengan menutup mata, aku padam, kamu bahagia, dan miris nya mereka bertepuk tangan seolah-olah merayakan kejadian ini.

Meski begitu, tapi aku merasa sangat senang bisa membuat kamu bahagia, meskipun aku harus hancur terlebih dahulu.

Tapi percayalah, aku sudah mengubur semua rasa ini dengan sangat dalam, dan Tuhan pun mengetahui semua itu, aku berharap rasa ini tidak akan pernah datang kembali, tapi tragis nya aku mengulangi kejadian yang sama dan pada orang sama pula yaitu kamu.

Hingga pada akhirnya Tuhan menjawab semua doa ku, seolah olah beliau (Tuhan) berkata : "Wahai hambaku, jangan pernah bersedih, jangan pernah menyerah, dan jangan pernah berputus asa, karena Aku menciptakan dia tidak lain dan tidak bukan hanya untuk mu."

Setelah sekian lama aku memilih untuk diam. Kini, diam ku yang dulu perih, sekarang telah berbuah manis, karena aku bisa memiliki mu seutuhnya dan hidup bahagia bersamamu selamanya.

I LOVE YOU MY MAN...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline