"Sungguh, kalung yang indah, aku akan mengenakannya. Namun, aku tidak akan pernah bisa benar benar mencintaimu." Ujar Sarah dengan suara lirih. Ia tidak ingin menyakiti hati sosok dihadapannya.
"Aku tahu." Balas Alfie singkat.
"Lalu kenapa kau tetap mau bersamaku bahkan memberiku hal seperti ini-" Sarah meninggikan suaranya, menatap Alfie penuh kebingungan.
"Karena aku mencintaimu Sarah, apakah itu tidak cukup sebagai alasan?" Senyum Alfie tidak pernah pudar, tatapannya tak tega melepas Sarah.
Lawan bicaranya hanya diam, ia kembali menunduk lalu terdengar suara isakan. Alfie berangsur panik lalu memegang pundaknya.
"Apakah aku mengatakan sesuatu yang salah? Hei, kenapa kau menangis?" Tanyanya penuh khawatir. Sarah mengangkat kepalanya lalu menatap Alfie dengan mata berairnya itu.
"Aku tidak akan pernah memahamimu." Sarah mengusap mata dengan lengannya. Alfie hanya terkekeh lalu memeluknya sambil menepuk-nepuk pundaknya.
"Bodoh, kalau aku jadi kau aku sudah meninggalkan diriku." Sarah bersandar pasrah pada pundak Alfie.
"Tidak seperti mu nona, aku adalah pria yang setia." Balasnya, senyuman manisnya itu kembali terpampang diwajahnya.
"Dasar." Sarah memutar matanya yang kemudian kembali ke kalung ditangannya, ia menghela nafas panjang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H