Lihat ke Halaman Asli

Gadis Merah Si Pustakawan: Bagian 5

Diperbarui: 19 Oktober 2023   21:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

Gadis Merah si Pustakawan: Bagian 5

Langkah ku terhenti, kepalaku membentur atap lorong, tangga berhenti ketika menyentuh langit-langit atap, aku menyorotkan senterku, ternyata terdapat semacam pintu pada atap lorong ini. Berdasarkan buku panduan, untuk membuka pintu tersebut menggunakan kunci yang sama. Aku memeriksa sekali lagi buku panduan untuk memastikan, lalu memutar kunci berpangkal kupu-kupu emas itu setelah ku tancapkan pada lubang kunci tepat diatas kepala.

Belum sempat aku mendorong daun pintunnya ke atas, papan kayu itu dengan kencang terbuka lebar. Cahaya dan bayangan jatuh bersamaan padaku, sepertinya bayangan orang yang membuka pintunya, yang sekarang menatap langsung ke arahku. Aku sontak berbalik badan hanya untuk melihat ujung tangga menuju perpustakaan telah ditutup. Aku diam mematung sambil menatap hitam pekat di ujung tangga.

"Kau pasti Rubrea! Sayang sekali jalur menuju perpustakaan ditutup, padahal aku ingin melihat-lihat! Oh iya, kamu tidak jadi keluar kah?" Suara riang terdengar dari belakangku, ini pertama kalinya aku mendengar suara seseorang selain diri sendiri.

Aku menoleh ke belakang, terlihat seorang gadis yang menjulurkan tangannya ke arahku, ia duduk dipermukaan lalu menonjolkan kepala dan sebagian tubuhnya kebawah. Ini pertama kalinya aku melihat seseorang secara langsung, tanpa sadar senter ku telah menggelinding kebawah tangga, begitupula diriku yang melangkah mundur. Apa yang harus aku lakukan sekarang, bagaimana aku harus menjawab perkataannya? Aku tidak terbayang bahwa berbicara dengan orang lain akan  serumit ini.

"Hei! Malah diam saja, jangan abaikan aku." Kenapa dia tergesa-gesa sekali? Biarkan aku memikirkan jawaban.

Belum sempat aku membuka mulut lenganku sudah ditarik paksa olehnya, aku tertatih-tatih menaiki anak tangga.  

"Lepaskan! Siapa kamu!?" Aku tejatuh setelah berusaha menarik tangankku darinya, aku menatap kesal remaja itu.

"Aku? Aku Nori! Oh iya, kulit mu aneh, teksturnya seperti plastik, kamu boneka ya? Bagaimana kau bisa hidup?" Gadis yang diduga bernama Nori ini malah berceloteh, membuatku yang sudah kebingungan makin bingung hendak merespon kalimat nya yang mana.

To be continued...




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline