Dalam masuk dunia perkuliahan kita pasti sudah tidak asing lagi dengan namanya organisasi atau disingkat (ORMAWA) organisasi kemahasiswaan yang akan memberikan peran penting bagi kita sebagai mahasiswa baru. Mahasiswa sebagai pelaku utama dan generasi muda yang akan mengembangkan kemampuan pemikirannya dengan kritis, kreatif, dan bertanggung jawab dalam usaha pembaharuan bangsa. Secara moril, mahasiswa akan dituntut dalam akademisnya untuk bisa menghasilkan sebuah karya baru yang berguna untuk kehidupan masyarakat. Untuk itu, saat menjadi mahasiswa kita harus bisa mengetahui, mengkaji berbagai ilmu pengetahuan, dan mengikuti berbagai kegiatan di kampus salah satu contohnya mengikuti organisasi kemahasiswaan.
Sebagai mahasiswa baru yang baru saja memulai dan beradaptasi dengan dunia perkuliahan tentu tidak mudah. Apalagi jika mahasiswa pendatang dari berbagai daerah pasti mengalami culture shock saat berada di lingkungan baru. Terlepas dengan itu semua kita harus bisa menerima dan mulai belajar beradaptasi dengan lingkungan maupun perkuliahan di kampus. Tidak jarang saat baru masuk pembelajaran mahasiswa sudah dikejutkan dengan berbagai tugas yang harus segera dikerjakan. Banyak diantaranya yang mengeluh akibat terlalu banyak diberikan tugas. Hal tersebut merupakan salah satu kendala yang membuat mahasiswa baru akhirnya tidak ingin mengikuti organisasi karena sudah merasa sibuk dan lelah dengan tugas di kelas.
Berkenaan dengan hal di atas, muncul permasalahan pada diri mahasiswa baik secara internal maupun eksternal terutama dalam memandang sebuah organisasi yang berdiri di perguruan tinggi. Fakta yang terjadi di lapangan berbeda dengan teori yang sudah dikemukakan sebelumnya. Hal ini disebabkan adanya paradigma mahasiswa dalam memandang sebuah organisasi berbeda-beda. Sebagian mahasiswa beranggapan bahwa organisasi itu penting untuk mengembangkan diri, tetapi ada juga yang beranggapan bahwa organisasi itu dapat memperlambat masa studi bahkan menganggap tidak penting ikut berorganisasi.(Kosasih, 2017)
Di era global saat ini, mahasiswa baru tentunya tidak hanya dituntut dalam berprestasi dan berfokus pada kegiatan akademik saja, tetapi di kegiatan non-akademik juga harus kita ikuti agar dapat mengetahui dan mengembangkan skill yang sudah kita miliki. "Di perguruan tinggi untuk merefleksikan berbagai aktivitas kemahasiswaan dan gerakan mahasiswa terdapat wadah yang dapat menaungi dan menyalurkan aspirasinya, yaitu adanya organisasi. Organisasi merupakan tempat sekelompok orang yang mengadakan kerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Keberadaan organisasi kemahasiswaan di perguruan tinggi merupakan hal penting dalam rangka pengembangan diri mahasiswa"(Kosasih, 2017).
Organisasi kemahasiswaan merupakan sarana bagi pengembangan diri mahasiswa yang memiliki banyak manfaat, diantaranya memperluas wawasan mahasiswa, meningkatkan kecendikiawanan, serta meningkatkan integritas pribadi mahasiswa dalam menyikapi permasalahan di perkuliahan, masyarakat dan negara (Oviyanti, 2016). Saat ini juga banyak lulusan sarjana yang belum mempunyai pekerjaan dan menjadi pengangguran disebabkan mereka tidak mempunyai skill. Banyak diantaranya karena saat perkuliahan mereka hanya berfokus pada kegiatan akademik saja dan tidak mengikuti kegiatan non-akademik. "Peningkatan kemampuan non-akademik (soft skill) tentu menjadi kebutuhan yang sangat penting bagi setiap orang terlebih untuk mahasiswa. Mahasiswa harus memiliki soft skill yang dapat memberikan nilai yang positif dan memiliki wawasan yang luas."(Fuady et al., 2022).
Adapun peran yang dapat diperoleh mahasiswa dengan aktif mengikuti organisasi kemahasiswaan, yakni keterampilan berkomunikasi (communicative skills), keterampilan berpikir (thinking skills), menyelesaikan masalah (Problem solving skills), kekuatan kerja tim (team work force), belajar sepanjang hayat dan pengelolaan informasi (life-long learning and Information management), keterampilan wirausaha (entrepreneur skill), etika, moral dan profesionalisme (ethics, moral and professionalism), dan keterampilan kepemimpinan (leadership skills). Widiyarto, 2017, p. 35 (dalam Fuady et al., 2022). Selain itu, organisasi juga berperan untuk melatih mahasiswa agar siap terjun ke masyarakat untuk pengabdiannya. Mahasiswa nantinya akan terbiasa berani dalam mengemukakan pendapat, belajar cara mengambil keputusan dengan bijaksana, dan dapat belajar juga mengatur waktu dengan baik.
Jadi, sebagai mahasiswa kita dituntut untuk mempunyai skill yang akan menunjang pekerjaan kita dan dapat berguna untuk kehidupan masyarakat agar menjadi seseorang yang bermanfaat. Skill yang dapat kita peroleh salah satunya dengan mengikuti kegiatan non-akademik, yaitu organisasi. Mengikuti organisasi tidak seburuk yang kita pikirkan ketika kita dapat menjalankannya dengan hati yang tulus. Organisasi juga tidak hanya berperan dalam proses pengembangan skill saja, tetapi didalamnya kita juga akan mendapatkan relasi pertemanan dengan kakak tingkat dan dapat mudah pula dikenal oleh dosen. Oleh karena itu, organisasi sangat mempunyai peran penting bagi mahasiswa khususnya mahasiswa baru.
Referensi
Fuady, M. T., , Hariyanto, A. F., & Alqadri, B. (2022). PERAN ORGANISASI HIMPUNAN MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAN DALAM PENINGKATAN SOFT SKILL. Jurnal Manajemen Dan Ilmu Pendidikan, 4, 295--307.
Kosasih, K. (2017). Peranan Organisasi Kemahasiswaan Dalam Pengembangan Civic Skills Mahasiswa. Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, 25(2), 188. https://doi.org/10.17509/jpis.v25i2.6196
Oviyanti, F. (2016). Peran Organisasi Kemahasiswaan Intrakampus Dalam Mengembangkan Kecerdasan Interpersonal Mahasiswa. El-Idare: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 2(1), 61--79.