Lihat ke Halaman Asli

Muridku Tantanganku

Diperbarui: 18 September 2023   21:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Hari ini penuh dengan kebermaknaan, karena saya belajar banyak dari kisah teman sejawat saya, kita adalah seorang pendidik di jenjang SMP. Seperti biasaanya disaat istrahat, bagi seorang guru waktu seperti ini adalah waktu yang pas untuk melepas kisah manis pahitnya kondisi di kelas saat kita mengajar. Saya sambil membuka bekal makan, ada teman yang sambil buka laptop, mulailah satu persatu cerita keluar dari mulut guru-guru.  Ada yang menuturkan hal kejengkelan, ada kisah lucu hingga cerita sedih. Hal ini secara tidak langsung menjadi ajang diskusi bagi kita bagaimana mencari solusi yang terbaik tanpa menghakimi murid saat mereka malakukan hal negatif. 

Saling bergantian, guru satu dengan yang lain berbicara tentang perilaku murid, ada yang memuji karena perilaku murid selalu sopan terhadapnya namun ada juga yang kesal hingga menimbulkan emosi  bagi guru tersebut karena hal-hal buruk yang dilakukan murid.  Maka dari komunikasi aktif ini dengan beberapa guru tersebut membuat kita dapat mengambil hikmah untuk dijadikan bahan refleksi dan untuk evaluasi terhadap langkah kedepan. Oleh karena itu, menjadi guru zaman now, kita dituntut untuk belajar banyak hal dan selalu aware dengan hal yang terjadi pada murid kita, karena yang dihadapi oleh generasi saat ini adalah proses digitalisasi yang menjadi pengaruh besar bagi perilaku murid.  

Di tengah perbincangan kita yang mulai menghangat, ada teman sejawat saya tiba-tiba  datang dengan marah dan jengkel karena ketidak sopanan murid terhadap dirinya. Katanya dulu anak itu tidak seperti itu sekarang makin tidak sopan?, ucapnya. Apa yang sedang terjadi seperti ini  adalah bahan catatan untuk diri saya sendiri, sudahkah saya memahami karakter murid saya dan sudahkan saya menghargai kondisi murid saya?. Dua pertanyaan ini harus menjadi alarm bagi saya sebagai seorang guru yang bukan hanya mengajar tapi kita dintut untuk mendidik murid-murid kita agar mereka mampu berperilaku yang baik.  

Berbicara tentang perilaku murid, tidak sedikit dari teman-teman guru baik yang ada di lingkungan saya bertugas maupun di luar lingkungan tempat bertugas, semua sambatan terhadap perilaku murid-muridnya. Beberapa kali  terlontar kata seperti ini “arek zaman saiki bedo adoh wes." Kalimat ini bisa memiliki makna bahwa anak zaman milenial sekarang berbeda jauh dengan anak-anak zaman dulu. 

Menurut saya memang seperti itu, harus berbeda, karena kondisi yang membuat mereka memang harus berbeda, jika sama maka mereka akan tergilas oleh pesatnya arus perubahan zaman. Namun perlu kita garis bawahi bahwa berubah itu adalah cara pandang mereka menyikapi perubahan zaman dengan postif bukan perubahan yang disikapi dengan hal-hal yang negatif, maka sebagai pendidik ini adalah tantangan kita untuk menuntut murid-murid kita agar menjadi manusia yang berguna di lingkungan masyarakat nantinya. Selaras dengan filosofi dari Kihajar Dewantara bahwa mendidik dan mengajar itu adalah proses memanusiakan manusia, serta dalam filosofinya bahwa pendidikan adalah menggunakan sistem Among yang berarti kita menuntun dan mendidik dengan kasih sayang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline