Agama Sebagai Sistem Budaya: Hermeneutika Budaya Cliffordz Geertz
Oleh: Ainurrofiatul Ulya
Hermeneutika Budaya Cliffordz Geertz
Dengan dibuat adanya tulisan ini, berharap kita semua tahu dan mengerti akan pembahasan satu tema kali ini tentang Hermeneutika budaya Cliffordz Geertz sebagai metode dalam mengkaji agama dan kebudayaan. Sebelum terlalu jauh mari mengenal apa itu hermeneutika dan Clifford Geertz?
Hermeneutika adalah, menurut Khadiq (2003) penafsiran terhadap kebudayaan manusia dengan cara memperlakukan kebudayaan itu sebagai teks. Sedangkan metode hermeneutika adalah hasil teorisasi dan diaplikasi dari hermeneutika yang dipakai untuk memahami dunia kehidupan dan pengalaman-pengalaman manusia. Metode hermeneutika ini banyak digunakan untuk mengkaji kebudayaan manusia. Salah satunya ini ada seorang antropolog yang bernama Clifford Geertz.
Clifford Geertz lahir di San Fransisco, California pada tanggal 23 Agustus 1926. Seorang mahasiswa antropologi di Universitas Harvard bersama dengan istrinya, Hildred Geertz. Mereka melakukan riset penelitian di Indonesia tepatnya di wilayah Mojokuto dan berhasil meraih gelar doktor dari Harvad's Departemen of Social Relations atas keberhasilan risetnya tentang masyarakat multiagama di Indonesia. Clifford ini sangat produktif dan aktif dengan terus memberi sumbangsih pemikirannya, baik melalui tulisan maupun ceramah. Hingga akhirnya Cliffrod Geertz ini tutup usia pada hari selasa, 31 Oktober 2006. Selama 80 tahun usianya, Clifford Geertz menyumbang banyak sekali karya hingga sampai saat ini masih menjadi perbincangan hangat dikalangan akademisi dan peneliti di Indonesia. Terdapat salah satu karyanya yang telah dialih bahasakan ke Bahasa Indonesia, ada yang berjudul "Involusi Pertanian: Proses Perubahan Ekologi di Indonesia. Selanjutnya Clifford Geertz ini berbicara tentang tafsir kebudayaan. Geertz ini menganggap kebudayaan adalah sistem simbol yang dapat dimaknai. Pandangannya bahwa manusia adalah animal sybolicm, yakni manusia mengenal, menciptakan, dan menggunakan simbol untuk berkomunikasi. Oleh karena itu, kebudayaan merupakan sistem dan sistem teks yang dapat ditafsirkan.
Membahas tentang Agama dan budaya terlebih dahulu, Agama sendiri sangat berkaitan erat dengan budaya. Dengan hadirnya agama, kebudayaan terus berkembang dan mengalami proses dialektika yang akan terus menawarkan suatu pembaruan sesuai perkembangan zaman, inilah kenapa agama merupakan suatu sistem kebudayaan. Agama sangat berdampingan erat dengan budaya, keduanya tidak dapat dipisahkan. Bahkan agama masuk di Indonesia sendiri pun berbaur dengan kebudayaan Nusantara. Saling melengkapi dan berakulturasi budaya, bukan untuk mendiskriminasi atau meneliminasi salah satu antara agama dan budaya. "Apalagi kebudayaan di Indonesia bersifat mendorong" (Prof. Koesoemadi, SH). Seperti datangnya agama Islam yang ajarannya berjalan dan melebur dengan kebudayaan Indonesia kuno dengan tanpa melepaskan asal kepribadiannya.
Dalam kehidupan masyarakat sudah sangat jelas bahwa agama dan budaya tidak berdiri sendiri, keduanya memiliki hubungan yang sangat erat atas perannya di masyarakat. Kebudayaan yang bertugas sebagai kebiasaan tata cara hidup di masyarakat yang diciptakan manusia itu sendiri dan hasil dari cipta, rasa yang diberikan oleh Tuhan. Sedangkan agama berperan sebagai pedoman hidup manusia yang diciptakan oleh Tuhan. Yang dimana keduanya saling mempengaruhi satu sama lain. Kebudayaan yang selalu menjadi perantara, terus menerus harus dipelihara untuk generasi selanjutnya sebagai pewaris budaya. Selanjutnya kebudayaan digunakan untuk memahami Agama yang terdapat di masyarakat melalui sumber dari Agama yaitu wahyu melalui penalaran yang diproses penganutnya. Sebagai contoh kita membaca kitab fikih, fikih merupakan pelaksanaan dari Nash al-Qur'an maupun Hadis sudah melibatkan unsur kemampuan manusia. Dengan itu Agama menjadi membudaya atau menyebar di tengah-tengah masyarakat. Sebagai contoh lagi, ketika kita menjumpai model hijab, berpakaian kebaya atau yang lainnya, itu semua dapat kita jumpai dalam pengalaman agama, terdapat unsur agama yang ikut berintegrasi. Sebaliknya tanpa unsur budaya, maka agama pun sulit untuk dikenali secara jelas. Oleh karena itu, kenyataan adanya membuktikan bahwa agama-agama termasuk agama di Indonesia telah membuat manusia makin berbudaya, sedang budaya adalah usaha manusia untuk menjadi manusia.
Selain memiliki hubungan yang erat, agama dan budaya, keduanya juga memiliki ranah yang berbeda, namun tidak dapat dipisahkan dan tidak dapat dipertukarkan. Meski demikian, relasi keduanya antara agama dan kebudayaan ini selalu menimbulkan pro dan kontra. Tidak semua pihak menerima integrasi antara agama dan kebudayaan untuk melihat realitas umat beragama. Tetapi ada juga relawan ditengah masyarkat yang bertujuan untuk meredam konflik relasi keduanya ditengah-tengah masyarakat.
Kembali ke tema, kita akan membahas bagaimana Cliffordz Geertz mengkaji agama sebagai sistem kebudayaan. Clifford Geertz mengutarakan ada 5 konsep, yaitu Sistem simbol, yang bertujuan untuk menciptakan perasaan dan motivasi yang kuat, mudah menyebar, dan tidak mudah hilang dalam diri seseorang. Dengan cara apa? Dengan cara membentuk konsepsi tentang sebuah tatanan umum eksistensi dan melekatkan konsepsi ini kepada pancaran-pancaran faktual serta pada akhirnya perasaan dan motivasi ini akan terlihat sebagai suatu realitas yang unik. Pertama, Sistem simbol adalah segala sesuatu yang membawa dan menyampaikan ide kepada seseorang. Kedua, agama dengan adanya simbol bisa menyebabkan seseorang termotivasi untuk melakukan tujuan tertentu. Ketiga, agama bisa membentuk konsep-konsep tentang tatanan seluruh eksistensi. Keempat, konsepsi-konsepsi dan motivasi yang oleh Geertz dibagi menjadi dua: agama sebagai etos dan agama sebagai pandangan hidup. Kelima, pancaran faktual tersebut akan memunculkan ritual unik yang memiliki posisi istimewa dalam tatanan tersebut, yang oleh manusia dianggap yang lebih penting dari apapun. Definisi diatas cukup menjelaskan secara runtut keseluruhan keterlibatan antara agama dan budaya.
Kemudian Clifford ini menyampaikan gagasannya atas permasalahan agama dan budaya yang mengalami pro dan kontra. Baginya agama yang telah dianut dan di implementasikan di sebuah masyarakat dapat dikaji tanpa harus mempertentangkan keduanya. Clifford Geertz melihat keduanya saling memberi dan mengisi, agama tanpa kebudayaan tidak dapat diaktualisasikan, sedangkan kebudayaan tanpa agama tidak dapat ditemukan makna yang mendalam. Clifford Geertz menyatakan bahwa agama sebagai sistem kebudayaan tidak terpisah dengan masyarakat. Agama merupakan bidang yang paling menarik perhatian Clifford Geertz, yang menurutnya merupakan elemen terpenting dalam kebudayaan. Maka dari itu, melalui pendekatan hermeneutika ini bertujuan untuk mengkaji agama sebagai sistem kebudayaan. Yang dimana menurut Clifford Geertz agama sebagai kebudayaan adalah agama sebagai keyakinan yang hidup didalam masyarakat manusia, dan bukan agama yang ada dalam teks suci, yaitu dalam kitab suci al-Qur'an dan Hadist Nabi. Yang berperan sebagai keyakinan di masyarakat, maka agama menjadi bercorak lokal sesuai dengan kebudayaan dari masyarakat tersebut.