Film "Ki & Ka" merupakan film yang menceritakan kisah wanita karier yang bernama Kia yang menikah dengan seorang anak pengusaha besar yang bernama Kabir. Kabir memiliki cita-cita ingin menjadi seperti ibunya yang bekerja untuk mengurus rumah tangga dengan baik. Baginya, pekerjaan mengurus rumah tangga seperti "seni" yang bisa diinterpretasikan dalam makna yang beragam.
Dia tidak ingin bergabung ke perusahaan ayahnya karena menurutnya menjadi pebisnis merupakan pekerjaan yang tidak manusiawi. Bekerja seperti robot hanya untuk mencapai target perusahaan, tanpa pernah menikmati apa yang sudah dimiliki selama ini. Selama perjalanan pernikahannya, Kabir bekerja di rumah untuk mengurus kebutuhan rumah tangga, sedangkan Kia bekerja sebagai manajer pemasaran di sebuah perusahaan.
Berdasarkan latar belakang sosial budaya di film tersebut, suami identik dengan bekerja di luar, sedangkan perempuan bertanggung jawab dalam mengurus rumah tangga sepenuhnya. Apabila terjadi hal-hal yang di luar adat istiadat tersebut, maka masyarakat akan menganggapnya "aneh". Namun, tidak bagi sepasang suami istiri Kia dan Kabir. Mereka sepakat untuk menjalani peran sesuai dengan kebutuhan masing-masing, Kia perlu mengaktualisasikan dirinya sebagai seorang wanita karier yang bekerja di luar, sedangkan Kabir perlu mengaktualisasikan dirinya sebagai seorang suami yang mengurus kebutuhan rumah tangga dengan baik.
Karakter yang dimiliki oleh Kia dan Kabir tidak terlepas dari pola asuh dan pengalaman masa kecil yang membentuknya menjadi pribadi yang unik. Pola asuh juga bisa menjadi preferensi seseorang terhadap value yang dimiliki. Kabir sangat dekat dengan sosok ibunya yang meninggal saat dia masih remaja.
Karena kedekatan tersebut, Kabir banyak terinspirasi dari pekerjaan seorang ibu. Sejak ibunya masih hidup hingga meninggal, Kabir tidak merasakan peran ayah dalam hidupnya. Bukan karena ayahnya tidak ada, namun ayahnya sibuk dengan urusan bisnis sehingga lupa untuk memberikan kasih sayang terhadap anak.
Hal inilah yang membuat Kabir tumbuh sebagai pribadi yang memiliki karakter yang lembut, perhatian, kreatif, dan sensitif. Di sisi lain, Kia juga sudah ditinggalkan oleh ayahnya sejak masih kecil. Sedangkan ibunya sibuk menjadi pekerja sosial dan mendirikan beberapa NGO. Karena tidak merasakan kasih sayang ayah yang sempurna, ditambah ibu yang juga sibuk sebagai wanita karier, Kia tumbuh dewasa lebih cepat karena didorong oleh keadaan. Oleh sebab itu, Kia tumbuh menjadi pribadi yang memiliki karakter independen, pekerja keras, dan sedikit egois.
Film "Ki & Ka" memberikan banyak insight positif terhadap peran laki-laki dan perempuan dalam keluarga. Makna dari alur film tersebut berupaya untuk menghilangkan subordinasi, marginalisasi, beban ganda, dan stereotype pada perempuan maupun laki-laki. Perempuan dan laki-laki memiliki akses dan kesempatan yang sama di ruang publik. Dalam hal menjalani kehidupan rumah tangga, pasangan bisa mendiskusikan terlebih dahulu terkait apa yang menjadi keinginan mereka sebagai sepasang suami istri.
Keduanya bisa saling melengkapi, asalkan tetap dibarengi dengan rasa percaya dan komitmen untuk tetap bersama dalam keadaan apapun. Terlepas dari pandangan pro dan kontra terhadap keputusan childfree yang dilakukan oleh pasangan tersebut, pembagian peran mereka dalam berumah tangga bisa menjadi contoh bagi pasangan masa kini. Contohnya, Kia yang sangat sibuk dengan pekerjaannya di ruang publik sebagai manajer perusahaan yang kemudian diangkat menjadi wakil direktur, maka Kabir memahami hal tersebut. Walaupun statusnya adalah istri, Kia tidak diberikan peran ganda untuk mengurus urusan domestik karena tanggung jawabnya di luar sudah sangat berat.
Film "Ki & Ka" juga memberikan pandangan yang kritis tentang bagaimana perspektif masyarakat terhadap posisi ibu rumah tangga. Berdasarkan perspektif masyarakat pada umumnya, pekerjaan mengurus rumah tangga dianggap sebagai pekerjaan yang "sangat mudah" hingga dianggap remeh oleh sebagian orang.
Film ini berhasil menggambarkan betapa sulitnya mengurus rumah tangga yang pada umumnya menjurus pada sosok ibu. Seorang ibu harus pandai memasak, mengatur keuangan, memahami asupan gizi seimbang, membersihkan dan merapikan rumah, mengurus suami, mendidik anak, dan sederet tugas lainnya yang begitu banyak. Namun, pekerjaan yang bergerak di ruang domestik seolah tertutup dari perhatian banyak orang. Tidak seperti pekerjaan yang bergerak di ruang publik yang sangat diperhatikan banyak orang. Hal inilah yang membuat banyak ibu-ibu di luar sana merasa tidak diapresiasi oleh suami, anak-anak, saudara, kerabat dan masyarakat pada umumnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H