Dampak pandemi begitu krusial di kalangan masyarakat. Pandemi telah membawa perubahan di berbagai sektor kehidupan yang meliputi sektor ekonomi, sosial, maupun pendidikan.
Utamanya pada sektor pendidikan, peralihan pembelajaran yang semula secara offline menjadi online memerlukan prosedur dan sarana pembelajaran baru yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi.
Terlebih tantangan lainnya seperti kurangnya fasilitas berupa gadget dan akses internet, listrik, serta kurangnya kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran online.
Apalagi bagi guru-guru yang sebelumnya jarang menggunakan teknologi dalam pembelajarannya. Dapat dimungkinkan terjadi culture shock yang dialami oleh guru dan berdampak terhadap peserta didik.
Berdasarkan analisis permasalahan di atas, maka salah satu model pemecahan masalah yang dapat dilakukan untuk meningkatkan profesionalisme guru dalam pembelajaran online serta meningkatkan efektivitas belajar peserta didik adalah dengan melakukan pengabdian melalui metode angket serta asistensi online.
Metode ini dilakukan dengan menyebarkan pertanyaan kepada pendidik dan peserta didik terkait pengalaman belajar secara online, kemudian jawaban dari pertanyaan tersebut dijadikan sebagai bahan evaluasi untuk memaparkan strategi yang tepat berdasarkan regulasi dan indikator dari setiap pembelajaran.
Angket disebarkan kepada 1700 peserta didik dan 350 pendidik (guru dan dosen) di seluruh Indonesia yang disebar melalui media soial dan bantuan relasi di seluruh Indonesia.
Adapun aspek yang dilihat dari penilaian efektivitas pembelajaran online ini meliputi interaksi siswa dengan guru, interaksi siswa dengan materi pembelajaran, serta interaksi siswa dengan teman sebaya. Namun, sebelum masuk kepada aspek tersebut, terlebih dahulu melakukan penelusuran terhadap aplikasi yang sering digunakan oleh responden (pendidik dan peserta didik) dalam pembelajaran daring.
Hasilnya sebanyak 87% pendidik memiliki akses internet di lokasi/rumahnya. Selanjutnya sebanyak 63% pendidik mengakses internet dari wifi pribadi, 35% dari tathering telepon selulernya, dan 2% dari wifi sekolah. Kemudian sebanyak 33% pendidik mengalami ketidaklancaran dalam mengakses internet. Efek pembelajaran online membuat penggunaan kuota internet oleh pendidik meningkat setiap bulannya.
Terhitung selama masa pandemi, sebanyak 57% pendidik menggunakan kuota internet unlimited, sisanya sebanyak 35% pendidik menghabiskan kuota internet sebesar 5-10 Gigabyte.
Hasil survei juga menunjukkan bahwa sebanyak 57% pendidik melakukan model pembelajaran online dengan sharing video di mana konten yang dibagikan berupa video YouTube.