Lihat ke Halaman Asli

Ai NurulFahmi

Universitas Pendidikan Indonesia

Love Bombing, "Kok, Kita Sebentar Banget Ya?"

Diperbarui: 24 Februari 2023   08:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Love. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Prostooleh

Pernah punya pengalaman merasa dicintai dengan sempurna, diperlakukan like a queen, segala hal dia berikan untuk kamu, sampai kamu merasa bersalah kalau kamu menolak perasaannya. Padahal cinta itu datang bukan dari rasa bersalah, tetapi dari perasaan sukarela as a true love.  Atau kamu pernah menjalani proses PDKT yang terlalu cepat. Kalian belum lama kenal, eh udah ngajak jadian. Awalnya semua terasa indah, namun lama kelamaan kamu menjadi bergantung kepadanya. Ketika udah bergantung kepada seseorang, sulit bagimu untuk menjadi diri sendiri dan untuk melakukan kehendak sesuai keinginanmu sendiri. Bayang-bayangnya selalu muncul di saat kamu hendak membuat keputusan, dia yang secara tidak sadar berlaku "posesif" membuatmu takut kalau dia kecewa.

Perjalanan cintamu ternyata tidak seindah yang digambarkan di awal, semakin ke sini hubungan menjadi tidak sehat hingga pada akhirnya salah satu di antara kalian saling meninggalkan. Sampai di situ, kamu berpikir. Kok, kisah kita sebentar banget ya? Hai, jangan sedih dulu! Kamu mengalami kisah cinta yang sama dengan banyak ex-couple di bumi ini. Fenomena seperti ini dikenal dengan istilah "Love Bombing". Menurut Makarim (2022), love bombing adalah hubungan yang manipulatif yang dilakukan oleh seseorang agar lawannya merasa dicintai. Nah, pada awalnya love bombers ini memberikan perhatian, pujian, hadiah, dan bentuk kasih sayangnya secara berlebihan. Namun lama kelamaan dia mengekang pasangannya dan mengontrol segala hal yang dilakukan oleh pasangannya.

Perilaku love bombing ini dilakukan oleh orang yang memiliki harga diri yang rendah. Karena itu, dia akan berusaha untuk dihargai oleh pasangannya dengan cara menunjukkan sikap yang berlebihan. Orang yang memiliki harga diri yang rendah berupaya untuk menjadi dirinya seideal mungkin dan memberikan perhatian kepada orang lain untuk mendapatkan pengakuan dari pasangan yang menjadi sasarannya (Strutzenberg, 2016). Jadi pelaku love bombing ini memiliki kenyataan bahwa dirinya ingin diterima oleh orang lain, ingin dirinya berharga di mata orang lain, dan dia belum selesai mencintai dirinya sendiri.

Orang yang melakukan love bombing dan yang menjadi korbannya terkadang tidak sadar bahwa dirinya berada di fase demikian. Lalu bagaimana caranya untuk berhenti? Nah yang perlu kamu lakukan adalah sadari sejak awal bahwa hubungan yang kamu jalani tidak sehat. Cari tahu apa yang sebenarnya terjadi, apakah tindakan yang selama ini dilakukan merepresentasikan true love atau hanya sekadar memuaskan ego dari salah satu di antara kalian? Lalu ajak pasanganmu untuk berdiskusi. Karena dengan berdiskusi akan lebih mudah untuk memahami perasaan masing-masing. Jangan lupa untuk melakukan self-control dengan baik. Berikan boundaries yang sehat ke diri kamu tentang sejauh mana kamu bisa berjuang untuk pasanganmu sendiri. Karena yang harus prioritaskan terlebih dahulu sebelum pasanganmu adalah diri kamu sendiri.

Referensi

Makarim, F. R. (2022). Mengenal Love bombing, Bentuk Manipulasi yang Berbahaya. Halodoc.Com. https://www.halodoc.com/artikel/mengenal-love-bombing-bentuk-manipulasi-yang-berbahaya. Diakses pada 24 Februari 2023

Strutzenberg, C. (2016). Love-Bombing: A Narcissistic Approach to Relationship Formation. https://scholarworks.uark.edu/hdfsrsuht/1/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline