Selamat berpuasa teman-teman. tahukah kamu banyak studi yang telah membahas puasa terutama dalam mengkorelasikannya dengan kanker. Puasa telah menjadi topik penelitian yang menarik dalam beberapa tahun terakhir, terutama terkait dengan potensinya dalam pencegahan dan pengobatan kanker. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa puasa bisa membantu mencegah kanker dengan beberapa cara:
Menekan Pertumbuhan Sel Kanker: Beberapa studi telah menunjukkan bahwa puasa dapat menekan pertumbuhan sel kanker. Hal ini terjadi karena sel kanker bergantung pada glukosa untuk bertahan hidup, namun saat tubuh berpuasa, produksi glukosa turun drastis dan sel kanker menjadi kurang aktif. Dengan demikian, puasa dapat membantu mencegah perkembangan sel kanker.
Meningkatkan Sistem Kekebalan Tubuh: Puasa juga dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh, yang penting untuk melawan sel kanker dan mencegahnya berkembang lebih lanjut.
Mengurangi Radikal Bebas: Radikal bebas adalah senyawa yang dihasilkan oleh tubuh dan dapat merusak sel-sel sehat, memicu kerusakan DNA, dan meningkatkan risiko kanker. Puasa telah terbukti dapat mengurangi jumlah radikal bebas dalam tubuh, sehingga dapat membantu mencegah perkembangan sel kanker.
Namun, meskipun puasa dapat memberikan manfaat dalam mencegah kanker, penting untuk diingat bahwa puasa bukanlah satu-satunya cara untuk melindungi diri dari kanker. Ada banyak faktor risiko kanker lainnya seperti gaya hidup, lingkungan, dan faktor genetik yang juga perlu diperhatikan. Oleh karena itu, disarankan untuk mengadopsi pola makan yang sehat, aktif secara fisik, tidak merokok, dan menghindari paparan zat berbahaya untuk membantu mencegah kanker.
Menurut data Globocan 2020 yang diterbitkan oleh International Agency for Research on Cancer (IARC), di Indonesia terdapat sekitar 41.774 kasus baru kanker kolorektal (usus besar) pada tahun 2020 dan sekitar 27.161 kematian akibat kanker. kanker ini menepati urutan ketiga terbanyak setelah kanker payudara dan kanker serviks dan dapat diderita oleh semua orang tidak memandang gender.
Puasa dapat menghabiskan cadangan energi tubuh kita, terutama jika dilakukan dalam jangka waktu yang cukup lama. Ketika kita puasa, tubuh kita tidak lagi menerima asupan makanan yang biasa dan harus mencari sumber energi alternatif untuk memenuhi kebutuhan energi harian kita. Oleh karena itu, tubuh akan menggunakan cadangan energi yang tersimpan dalam bentuk glikogen di hati dan otot sebagai bahan bakar.
Namun, ketika cadangan glikogen sudah habis, tubuh akan beralih ke sumber energi yang lain, yaitu lemak. Ini adalah kondisi yang disebut ketosis, di mana tubuh memecah lemak menjadi asam lemak dan keton untuk digunakan sebagai sumber energi. Ketika proses ini terjadi, sebagian besar orang akan merasa lelah dan lesu pada awalnya, tetapi setelah beberapa waktu, tubuh akan menyesuaikan diri dengan pola makan baru dan mempertahankan kadar energi yang cukup untuk menjalankan aktivitas sehari-hari.
Meskipun ada beberapa bukti yang menunjukkan bahwa pembakaran glikogen dan keton sebagai sumber energi dapat berpotensi memberikan efek positif pada kesehatan dan membantu mengurangi risiko kanker, hubungan antara pemanfaatan glikogen dan keton sebagai energi dengan penurunan kanker masih belum sepenuhnya dipahami.
Pada dasarnya, penggunaan glikogen dan keton sebagai bahan bakar untuk produksi energi dalam tubuh melibatkan proses metabolisme yang kompleks yang terjadi di sel-sel tubuh. Namun, peran metabolisme ini dalam mencegah atau mengobati kanker masih menjadi subjek penelitian yang kontroversial.
Beberapa penelitian in vitro dan pada hewan menunjukkan bahwa penggunaan keton sebagai sumber energi dapat memiliki efek anti-kanker, seperti membatasi pasokan glukosa dan asam lemak yang penting bagi pertumbuhan sel kanker. Namun, penelitian pada manusia masih terbatas dan masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk memahami secara lebih mendalam hubungan antara pemanfaatan glikogen dan keton sebagai sumber energi dengan penurunan kanker.