Ideologi menurut bahasa berasal dari kata Yunani "Oida" yang berarti pemikiran dan "logos" yang berarti ilmu dengan arti lebih lanjut yang dapat di interpretasikan sebagai kumpulan ide-ide yang dipelajari dan di telaah. dalam kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah cara berpikir seseorang atau suatu golongan, ideologi juga menjadi suatu dasar dalil kebenaran atas setiap tindak-tanduk manusia, untuk itu setiap manusia yang lahir harus sesuai dan selaras dengan ideologi yang berada pada tempat tersebut. Hal itu juga berlaku kepada setiap orang yang datang dan berbaur dengan tempat tersebut karena sejatinya dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung.
Menurut Aaron dalam Firmanzah (2007: 83) ideologi terdapat dua macam yaitu merupakan sistem global terkait tindakan (mision) dan juga pemahaman (ism) dapat juga berbau agama yang sekularis, hanya saja ideologi merupakan konstruksi manusia bukan berdasar atas kewahyuan. Namun lebih dari itu penulis ingin mengajak berdiskusi dalam ruang lingkup pertama.
Pemahaman ideologi ini sangat bermacam-macam tergantung suatu komunitas/ negara/ kelompok profesi manapun yang mempunyai visi dalam mensejahterahkan anggotanya dan keluar mencari pengaruh.
Penjabaran visi ini pun bermacam-macam karena setiap fokus, pengalaman, serta kepentingan orang sangat berbeda-beda dan tidak mudah untuk menyatukan kembali pada satu pemahaman tertentu.
Sebelum berbicara lebih lanjut dalam masuk pembahasan kesehatan kembali penulis mengajak untuk memahami dasar teori kesehatan yang cukup populer dan menjadi rujukan bagi akademisi maupun profesi kesehatan dan kedokteran yaitu teori dari HL-Blum yang menyatakan derajat kesehatan ditentukan oleh genetik, sistem kesehatan, perilaku, dan lingkungan. Pembangunan sistem kesehatan termasuk kualitas pelayanan kesehatan harus bersifat holistic atau komprehensif baik biologis maupun sosial (Ryadi: 2016:25).
Kesehatan masyarakat yang menjadi ujung tombak pembangunan kesehatan di era milenial sejak MDGs diberlakukan dan berlanjut kebertugasannya melalui penjabaran yang lebih rinci di SDGs menjadikan tugas berat dan banyak kepentingan muncul.
Kembali pada dasar teori yang dikemukakan oleh Bapak Kesehatan Masyarakat yaitu Winslow yang menyebutkan kesehatan masyarakat merupakan kombinasi antara teori (ilmu) dan praktik (seni) yang bertujuan untuk mengentaskan penyakit, memperpanjang hidup dan meningkatkan kesehatan penduduk (masyarakat) dengan melakukan tingkatan tindakan yaitu promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif (Notoatmodjo, 2011:10---11).
Oleh karena itu sarjana kesehatan masyarakat ini tidak terpecah dan bekerja secara gotong-royong dalam membangun kesehatan yang lebih baik dan sejatinya sarjana kesehatan masyarakat tidak dapat bekerja secara mandiri jika tidak mempunyai tim strategis.
Dalam ruang lingkup professional terdapat dua organisasi profesi yang membawahi kesehatan masyarakat yaitu ikatan ahli kesehatan masyarakat Indonesia (IAKMI) serta perhimpunan sarjana dan professional kesehatan masyarakat Indonesia (PERSAKMI).
Pada tingkat mahasiswa terdapat satu naungan ikatan organisasi mahasiswa sejenis (IOMS) yaitu ikatan senat mahasiswa kesehatan masyarakat indonesia (ISMKMI).