Lihat ke Halaman Asli

Moh. Ainu Rizqi

Kediri Jombang Jogja

Manusia Modern dan Kemunduran Peradaban

Diperbarui: 7 Desember 2019   01:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://erejypal.ga

Abad ke-21 ini nampaknya segala aspek dalam kehidupan mengalami sebuah revolusi yang berkembang dengan sangat pesat. Teknologi yang dengan segala macam kemajuannya seakan berhasil menggiring umat manusia modern pada masa ini. Peran teknologi juga mempengaruhi masa kecil seorang manusia. 

Dimana seharusnya seorang anak kecil yang sedari dulu gemar bermain dengan kesana kemari dan bebas mengekspresikan melalui lingkungannya kini telah terjamah oleh dunia teknologi. Bahkan kemajuan tersebut berdampak pada ekologi yang mengalami fase kritis akibat ulah kapitalis yang berkedok teknologi.

Perlu kita ketahui, sebuah kemajuan manusia modern ini sangat berdampak pada peradaban. Menurut Prof. Dr. Koentjaraningrat, peradaban adalah bagian yang halus dan indah seperti seni masyarakat yang sudah maju dalam kebudayaan tertentu. 

Artinya mempunyai peradaban yang tinggi. Istilah peradaban biasanya digunakan untuk menunjukkan argumen atau prespektif kita terhadap perkembangan kebudayaan ketika telah mencapai puncaknya yang berbentuk unsur-unsur budaya yang bersifat halus, estetik, tinggi, sopan, dan luhur.

 Jika hal tersebut sudah terpenuhi, maka bisa dikatakan sebuah kebudayaan telah mengalami puncak atau kemajuan peradaban.

Ketika kita berkaca pada masa lalu, pendahulu kita sudah berhasil membawa peradaban menuju puncaknya. Terbukti dengan adanya bahasa, kesenian, serta berbagai bentuk candi yang kini menjadi tempat wisata itu merupakan sebagian dari kemajuan peradaban di masa lalu. Selain itu, etika pada masa itu memang sangat dijunjung tinggi. 

Apa yang dilakukan tak sekedar memahami teori, tetapi bentuk pengamalan dalam kehidupan sehari-hari. Lingkungan pun sangat dijaga agar tak mengalami kerusakan. 

Karena bagi manusia kala itu, kita hidup dari di alam, makan dari alam, dan pasti akan kembali pula ke alam. Sebuah kejahatan yang paripurna jika manusia merusak alam hanya demi keuntungan yang tak dapat diwariskan pada generasi di masa depan.

Saat ini, bisa dikatakan sebuah kemajuan dalam hal teknologi maupun pemikiran. Suatu contoh, kini apapun bisa kita dapatkan hanya dengan duduk dirumah saja asalkan memiliki kuota internet. Tetapi disatu sisi, hal tersebut sebuah bentuk kemalasan yang tak kasat mata. Tak cukup itu, esensi manusia yang sebenarnya makhluk sosial juga kian tergerus. 

Hal-hal urgen dalam kemasyarakatan seperti saling bertegur sapa, bernegosiasi secara tatap muka, serta menjalin hubungan persaudaraan kini mulai tergerus oleh kecanggihan teknologi. Lebih fatalnya lagi, konsep teologi kini sudah dijamah oleh teknologi. Dengan media sosial, setiap orang merasa bebas mengemukakan gagasannya. 

Apapun bisa dilakukan oleh netizen di media sosial. Beberapa hal yang bersifat intim atau tak dapat sembarangan diterima oleh khalayak umum kini dengan bebas bisa di akses. Itulah yang menyebabkan rakyat Indonesia kini mudah sekali bertikai. Pasalnya perihal intim dan sensitif tentang agama seakan menjadi sebuah isu yang sangat mudah untuk dihangatkan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline