Lihat ke Halaman Asli

Awan Bergerak dan Berkontribusi, Dinamis vs Statis?

Diperbarui: 27 Januari 2018   16:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Awan adalah sebuah riwayat yang mengisahkan bahwa hidup harus selalu bergerak, mengejar dan mengumpulkan semua impian-impian berserakan. 

Di dalam perjalanan ini, akan ada suatu fase dimana seseorang akan merasa apa yang telah dilakukannya menjadi statis, stack, dan berujung jenuh. Lalu, dia berpikir apa yang akan dilakukannya lagi, what's next ?

Karena terlalu lama berdiam dan menikmati zona nyaman, beberapa manusia menjadi lupa bahwa di luar sana masih banyak hal yang tak tersorot dan terabaikan. Kita terlalu sibuk melakukan hal-hal yang hanya menguntungkan diri sendiri, beragam ekspektasi menjulang tinggi, dan menetapkan standar begitu berat. 

Kita hampir tidak sadar, realitanya di sekitar ini masih banyak hal-hal tertinggal dan terbelakang. Sistem kehidupan yang timpang, semakin menonjolkan perbedaan tajam antara mereka yang hidup berkecukupan dan mereka yang hidup di pinggiran.

Jenuh memang identik dengan melakukan suatu pekerjaan yang berulang-ulang secara terus menerus. Hidup ini rasanya selalu stack dan statis, jalan panjang di tepian sana tertutup kabut, dan kita pun sering gagal paham dengannya. Bias oleh statement apakah kabut itu benar-benar nyata atau hanya maya. Lalu apa ?

Saat itu kita harus berpikir, sebenarnya apa saja yang harus dilakukan? Coba kita tarik dan giring lagi diri kita ini kembali ke masa lalu, lalu analisis. Sepanjang garis waktu selama ini, adakah langkah nyata yang memang benar-benar murni dilakukan bukan hanya untuk diri sendiri ? 

Bukan hanya tentang apa yang akan "aku" dapatkan ? Diantara banyak kemungkinan-kemungkinan, kata "Kontribusi" cukup berkorelasi. Kontribusi mengajarkan kepada umat manusia bahwa langkah yang kita perbuat bukan hanya sekedar menguntungkan diri sendiri. 

Nah disinilah, arti kata bergerak untuk membantu mereka yang masih tertutupi oleh sistem timpang mulai menemukan titik pangkalnya. Saat ada 'pergerakan' pasti akan banyak hal baru yang tercerahkan kembali, akan ada perubahan, dan mengilhami kembali bahwa manusia hidup sebagai makhluk sosial, saling membutuhkan satu sama lainnya. 

Berdedikasi, meluangkan waktu untuk memikirkan solusi-solusi sederhana dalam menebar kebaikan dengan apa yang kita miliki, tidak harus selalu dengan materi. Dengan langkah kecil ini justru membuat orang-orang menemukan kebahagiannya.

Mata hati ini masih perlu dibuka agar paham bahwa bahagia tak selalu tentang materi, tapi tentang berbagi. Langkah awal berbagi adalah dilandasi dari keinginan "bergerak". Kita patut mempertanyakan, sampai usia sekarang, sudah bergerak dan berkontribusi apa saja untuk sekitar ?

*26 Januari 2018*




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline