Kemampuan komunikasi adalah salah satu kemampuan atau soft skill yang sangat penting dan selalu relevan dengan perkembangan jaman. Komunikasi tidak hanya berguna untuk mengutarakan pikiran dalam berinteraksi, komunikasi juga sangat berguna dalam membentuk personal brand dan membangun relasi. Selama manusia masih menjadi makhluk sosial, kemampuan komunikasi akan selalu dibutuhkan. Namun, tidak semua individu memiliki kemampuan komunikasi yang baik, apalagi individu yang cenderung pendiam dan tidak percaya diri.
Buku karya Oh Su Hyang yang berjudul "Bicara Itu Ada Seninya" menjadi buku yang tepat bagi individu yang ingin meningkatkan kemampuan komunikasinya. Buku ini berisi tentang solusi dari berbagai permasalahan yang sering dihadapi mayoritas masyarakat ketika berkomunikasi, mulai dari komunikasi antar individu hingga komunikasi di depan umum atau public speaking. Selain itu, buku ini juga membagikan cerita-cerita sukses dari komunikasi yang baik untuk dijadikan sebagai contoh. Walaupun tidak semua tokoh yang diceritakan tersebut dikenal oleh pembaca non-korea. Secara umum, penulis berhasil menyajikan teori dasar-dasar komunikasi serta tips dan trik komunikasi dengan melibatkan cerita/pengalaman penulis atau tokoh terkenal lainnya.
Bagi saya pribadi, buku ini sangat sesuai dengan judulnya, "Bicara Itu Ada Seninya". Saya menyadari bahwa ketika berbicara apapun dan kepada siapapun itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Dalam buku ini, 'bicara' meliputi berbagai jenis komunikasi, mulai dari komunikasi antarpersonal, komunikasi kelompok, komunikasi publik, hingga komunikasi massa baik dalam situasi formal maupun informal. Meskipun buku ini sebenarnya memuat teori komunikasi yang berat, penulis berhasil mengemasnya dengan bahasa yang sangat ringan, menarik, dan mudah dipahami.
Untuk mengingat kembali hal-hal yang esensial saat berbicara/berkomunikasi, saya menuliskan poin-poin penting yang saya peroleh dari buku ini sebagai berikut:
- Jangan terlalu mambanggakan diri sendiri dan menunjukkan bahwa diri sendiri mengetahui segalanya
- Hargai dan dengarkan serta perhatikan lawan bicara
- Gunakan bahasa yang umum dan tidak terkesan sok pintar
- Berfikir secara logis dan terstruktur sehingga bisa bicara sesuai logika dan mudah dicerna oleh orang lain
- Story telling penting untuk membuat kesan yang berbeda. Kesan pertama selalu penting karena menentukan pertemuan berikutnya
- Bagian-bagian story telling yaitu tema, simpati (familiar), solusi, alur
- Buang segala ketakutan dan trauma dalam berbicara
- Bukan pengalaman yang menentukan diri kita, tetapi makna dari pengalaman yang menentukan
- Jangan anggap audiens sebagai orang yang akan menilai kita tetapi anggap sebagai orang yang akan mendengarkan kita dengan bahagia
- Suara dan gerak tubuh dapat membuat perbedaan besar terhadap isi ucapan yang sama
- Jangan lupa senyum, postur tegap, gestur luwes
- Bila ingin sukses, bicaralah seperti orang sukses (optimis)
- Communication = Question + Praise + Reaction
- 1x berbicara, 2x mendengar, 3x umpan balik
- Latih sense of humor
- Jangan bicara sembarangan dan bertanggungjawablah terhadap apa yang diucapkan
- Tiga kata di lidah sama dengan tiga puluh tahun di hati
- Kemampuan bicara ditentukan saat masih kecil, bukan bawaan dari lahir. Ada yang lebih cepat dan ada yang lebih lambat. Namun, urutan bisa berubah dengan usaha dan membuang kebiasaan buruk.
- Dalam public speaking, gunakan kisah/pengalaman pribadi sebagai referensi materi karena materi yang segar dan otentik dapat menarik perhatian audiens dan membuat audiens penasaran untuk terus mendengarkan
Demikian beberapa poin-poin penting dalam buku "Bicara Itu Ada Seninya" karya Oh Su Hyang-part 1. Baca part berikutnya untuk mengetahui selengkapnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H