Dalam pandangan Hamka, akhlak atau budi pekerti berkembang setelah melalui konflik batin, di mana hawa nafsu bersaing dengan akal sehat. Hawa nafsu cenderung mendorong kita melakukan tindakan yang merugikan, sementara akal sehat mendorong kita menuju tindakan yang bermanfaat. Apabila akal sehat berhasil mengatasi, seseorang menjadi individu yang memiliki keutamaan. Sebaliknya, jika hawa nafsu yang mendominasi, individu tersebut cenderung mengikuti perilaku yang merusak. Individu yang memiliki keutamaan selalu berupaya untuk menjalankan tindakan yang diarahkan oleh akal sehat, dan hal ini dimulai dengan upaya dan akhirnya menjadi sebuah kebiasaan.
Akhlak yang luhur muncul melalui proses perjuangan batin, di mana akal dan nafsu bersaing untuk mendominasi. Awalnya, perjuangan ini dimulai dengan tekad yang kuat. Kemudian, perlahan-lahan, kita diajak dan dibiasakan untuk mengadopsi perilaku yang baik hingga akhirnya menjadi bagian dari karakter kita. Dalam konteks ini, Hamka mengutip hadist berikut: "Sesungguhnya setengah dari pada akhlak orang yang mukmin, ialah kuat menjalankan agama, teguh di dalam lemah lembutnya, beriman di dalam ketelanjuran, pemaaf di dalam ilmu,berhemat di dalam kaya, berhias di dalam kesempitan, berpantang loba tamak, berusaha dan yang halal,berbuat kebajikan pada ketetapan pendirian, tangkas di dalam petunjuk,mengendalikan diri didalam syahwat,belas kasihan kepada orang yang payah".
Menurut Hamka, pendidikan akidah dan pendidikan akhlak memiliki keterkaitan yang sangat erat. Akidah menjadi dasar utama bagi perkembangan akhlak. Perbuatan yang diilhami dan didorong oleh keyakinan akan menciptakan tindakan yang terarah dan terencana, sehingga tindakan tersebut akan terhindar dari tindakan syirik. Akidah yang benar dan kuat akan menghasilkan akhlak yang mulia dan kuat. Semua yang dilakukan oleh individu mencerminkan kekuatan akidah nya, sehingga perilaku yang diperlihatkan adalah perilaku yang tulus dan benar, mencerminkan ibadah kepada Allah. Pendidikan akidah adalah pondasi yang harus ditanamkan dalam individu, karena akidah yang benar akan membentuk karakter yang baik. Ini menunjukkan pentingnya memahami dan mempraktikkan ajaran akidah dalam kehidupan sehari-hari agar dapat menciptakan masyarakat yang berakhlak mulia dan menjalankan agama dengan penuh keikhlasan.
Kasmali, " Sinergi Implementasi Antara Pendidikan Akidah dan Akhlak Menurut Hamka",Teologia,Vol 26, No.2, 2015)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H