Lihat ke Halaman Asli

Ainun AnfiZulaikha

anfizulaikh7799@gmail.com

Solusi Limbah Rumah Tangga

Diperbarui: 21 Agustus 2021   19:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Limbah/sampah rumah tangga merupakan salah satu masalah terbesar lingkungan yang sering menyebabkan terjadinya sebuah bencana. Banyaknya sampah (limbah rumah tangga) menjadikan lingkungan kotor dan tidak sehat. Dengan terbatasnya pengetahuan, membakar sampah adalah hal biasa untuk dilakukan. 

Hal lain yang dilakukan selain membakar sampah adalah membuat tempat pembuangan yang tidak ter-koordinir sebagai Tempat Pembuangan Akhir. Sungai yang berada di sekitar masyarakat juga menjadi tempat sampah yang menghambat. Menghambat jalan air serta habitat binatang sekitar.

“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia. Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. ar-Ruum/30: 41)

Sebagian sampah rumah tangga adalah bahan organik seperti sampah dari dapur, sisa-sisa makanan, ranting pohon (tumbuhan), de-daun-an, kulit buah-buahan (juga buah busuk) dan sayur-sayuran. Sampah organik (sampah rumah tangga) atau sampah anorganik yang sulit terurai sebenarnya memiliki jalan untuk diolah menjadi barang yang lebih bermanfaat. 

Kreativitas dan inovasi akan sangat membantu kita dan lingkungan dalam hidup berdampingan serta memberikan manfaat satu sama lain. Berkaitan dengan menurunnya ekonomi masyarakat dunia, Indonesia khususnya masyarakat yang terdampak dalam Pandemi Covid-19 selalu berusaha bertahan hidup di tengah situasi seperti ini.

Pengelolaan limbah sampah dapat dilakukan dengan menimbun dengan tanah, dijadikan kompos, maupun di daur ulang. Mengurangi penggunaan limbah rumah tangga/sampah yang sulit terurai juga sangat membantu atau mencegah terjadinya krisis lingkungan yang tentunya juga merugikan kita. 

Inovasi lain yang dapat dilakukan dan dijadikan sebagai pertahanan ekonomi masyarakat adalah mengolah limbah rumah tangga (organik) dengan fermentasi sebagai makanan Maggot yang akan di produksi. Di dalam hukum, juga ditetapkan UU No. 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah sebagai dasar kepastian hukum dari pengelolaan sampah yang akan memberikan manfaat ekonomi, menyadarkan perilaku masyarakat untuk juga meciptakan lingkungan hidup yang bersih dan sehat.

Maggot adalah larva dari Lalat BSF (Black Soldier Fly/Lalat Tentara Hitam), merupakan lalat higienis yang dapat mengurangi pencemaran lingkungan dan aman (tidak membawa penyakit) jika dilihat dari segi kesehatan manusia (Li et all, 2011). Lalat ini berasal dari Florida AS, bukan lalat sembarangan seperti lalat yang kita jumpai (menyebarkan penyakit). 

Lalat BSF memiliki aktivitas bereproduksi selama hidupnya. Lalat BSF hanya makan ketika masih menjadi larva, karena itulah Lalat BSF mempunyai hidup yang singkat (sekitar 3-7 hari) dan tidak menyebarkan penyakit (Tomberlin, 2009). 

Lalat BSF harus merelakan hidupnya setelah mengeluarkan ratusan telur secara bertahap yang di letakkan pada eggies/tempat bertelur. Dapat di katakan bahwa adanya Lalat BSF yang membawa lingkungan ke arah kebersihan dan keamanan, membuat lalat pembawa penyakit tidak bisa hidup di tempat yang sama. Hidup Lalat BSF mulai dari telur, larva, prepupa, pupa dan dewasa kemudian keluar menjadi lalat.

Bersama Bapak Ed dan Ibu Poni (Ketua Omah Limbah), maggot dalam tahapan prepupa di manfaatkan masyarakat untuk memakan limbah organik. Makanan maggot diperoleh dari limbah rumah tangga atau sampah organik yang sudah melalui proses pemilahan. Sampah organik yang sudah dipilah kemudian di cacah untuk memperkecil ukuran material sampah organik agar di dekomposer oleh maggot. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline