Lihat ke Halaman Asli

Maya Asmikulo

Guru Biasa

Maju Terus Menpora, Lawan Mafia Olahraga!

Diperbarui: 26 Juni 2015   15:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Banyak kalangan yang menghembuskan isu agar Menpora Imam Nachrawi mundur dengan alasan merosotnya prestasi kontingen Indonesia pada Sea Games Singapore. Menurut saya, kalangan yang menginginkan Menpora mundur itu adalah para mafia olahraga yang sakit hati dengan kebijakan2 berani Menpora yang merugikan mereka. Persoalan kemerosotan prestasi kontingen Indonesia tidak bisa dibebankan begitu saja kepada Menpora sekarang, karena Menpora baru menjabat tidak lebih dari 10 bulan.

 

Menurut saya, ada beberapa alasan kenapa Menpora harus tetap maju berjuang melawan mafia olahraga dan memperbaiki prestasi olehraga Indonesia. Perlu dipahami, tidak ada pembinaan olahraga akan sukses yang dilakukan hanya dalam waktu 10 bulan, 1 tahun, bahkan 5 tahun. Pembinaan olahraga itu adalah pembinaan jangka panjang yang berjenjang; kalau dihitung tahun, pembinaan yang kontinyu minimal membutuhkan waktu 10 sampai 15 tahun agar seorang atlet benar-benar mampu menjadi atlit yang profesional dan siap berprestasi di tingkat nasional dan internasional.

 

Pembinaan harus dimulai dari penggemblengan bibit-bibit unggul olahragawan sejak dini. Juga dengan diselenggarakannya kompetesi atau liga lokal dan nasional yang bermutu yang bebas dari mafia olahraga dan judi. Sebagai contoh di Cina, para calon atlet Cina sudah dibina oleh negara sejak usia dini ketika bakat-bakat olahraga mereka terdeteksi. Mereka dimasukkan ke sekolah khusus sesuai dengan bidang olahraga masing-masing. Negara Cina memberi gaji yang cukup bahkan menanggung biaya kehidupan orang tua atlit karena telah bersedia menyerahkan putra-putrinya untuk dilatih secara profesional oleh negara. Jadi, sekali lagi, mana mungkin seorang Menpora harus menyelesaikan masalah pembinaan atlit nasional yang selama kacau balau hanya dalam waktu 10 bulan.

 

Sistem keadministrasian dan kelembagaan untuk membina olahraga nasional kita terlalu ribet, contohnya, sudah ada KONI, tapi juga ada KOI. Dualisme keadministrasian semacam ini adalah bukti ketidakefektifan sistem pembinaan olahraga nasional. Situasi seperti ini sudah lama terjadi. Contoh lainnya: terjadinya dualisme kepengurusan PSSI dengan segala permasalahannya yang terjadi beberapa waktu lalu. Adanya dua liga nasional dalam dunia persepakbolaan kita adalah silang sengkarut yang nyata dan lucu dalam dunia keolahragaan tanah air. Juga yang paling parah, terjadinya korupsi besar-besaran dalam pengelolaan dana-dana pembinaan olahraga seperti yang terjadi pada kasus wisma atlit dan pembangunan pusat pembinaan atlit nasional yang umum disebut kasusu "Hambalang". Jadi, hal-hal ini jelas menjadi pemicu utama kemerosotan prestasi olahraga para atlit Indonesia.

 

Selain itu, tata anggaran keuangan untuk membina olahraga kita juga sangat minim. Sebagai contoh, Singapura, untuk meningkatkan kualitas atlit renangnya, pemerintah Singapura berani mendatangkan pelatih nomer satu dunia dari Amerika dengan gaji 300.000 dollar Amerika per bulan. Sedangkan Vietnam, berani mendatangkan pelatih renang yang juga bagus dengan gaji 150.000 dollar Amerika per bulan. Sebaliknya, Indonesia hanya berani mendatangkan pelatih kelas tiga dengan gaji hanya 30.000 dollar Amerika per bulan. Hasilnya, atlit renang Singapura mampu meraih 23 emas, Vietnam 10 emas dan Indonesia 1 Emas.

 

Jadi, pembinaan olahraga itu bukan sebuah hal yang remeh temeh dan bisa dilakukan hanya dalam waktu 10 bulan, 1 tahun bahkan 5 tahun. Apalagi pembinaan keolahragaan nasional kita juga dibarengai dengan program perang melawan mafia olahraga. Namun begitu, saya percaya, Menpora Imam Nachrawi akan mampu memperbaiki bahkan membersihkan olahraga nasional dari mafia olahraga, juga sekaligus mampu meningkatkan kualitas pembinaan dan peningkatan prestasi atlit-atlit masa depan Indonesia.
Maju Terus Menpora...!

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline