Libur sekolah sedang berlangsung, namun tidak lama lagi anak-anak akan kembali ke rutinitas harian belajar di sekolah. Sembari menikmati liburan, penting untuk mempersiapkan anak agar kembali ke sekolah dengan perasaan yang bahagia dan semangat yang lebih membara. Masa transisi dari liburan ke rutinitas sekolah menjadi momen yang penting bagi anak-anak untuk mempersiapkan diri menghadapi berbagai tantangan baru, mulai dari tantangan secara akademik maupun tantangan sosial yang muncul di lingkungan sekolah. Salah satu isu dalam interaksi sosial di dunia pendidikan adalah perundungan atau bullying.
Perundungan atau bullying merupakan perilaku agresif yang dilakukan oleh individu atau kelompok terhadap orang lain dengan tujuan menyakiti, merendahkan atau mengintimidasi. Bullying dapat terjadi dimanapun, tak terkecuali di lingkungan sekolah. Selain itu siapapun dapat menjadi pelaku maupun korban bullying, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Bullying tentu akan menimbulkan berbagai dampak negatif, tidak hanya fisik tetapi juga kondisi psikologis korban yang bisa memicu kecemasan, ketakutan, depresi dan perasaan rendah diri. Selain itu, dampak sosial dan akademis juga akan dialami oleh anak-anak yang menjadi korban dari bullying. Kesulitan membangun hubungan yang sehat dan penurunan prestasi akademik akibat gangguan konsentrasi dan motivasi sangat rentan untuk dialami oleh korban.
Oleh karena itu penting untuk mempersiapkan anak untuk menghadapi semester baru tanpa bullying, baik sebagai korban maupun sebagai pelaku. Di sinilah orang tua dan guru memegang peranan penting dalam membangun kesiapan anak. Dengan persiapan yang baik, dapat membantu anak agar terhindar dari berbagai hal negatif yang dapat terjadi kapan saja.
Tips Menyiapkan Anak Agar Tidak Menjadi Pelaku Perundungan
Mencegah bullying bukan hanya tentang melindungi anak dari menjadi korban, tetapi juga melibatkan upaya untuk menghindarkan mereka dari menjadi pelaku perundungan. Pelaku perundungan seringkali bertindak karena kekurangan empati, pengendalian diri yang rendah, atau kebutuhan untuk merasa lebih superior. Oleh karena itu, orang tua dan guru perlu mempersiapkan anak dengan cara yang mendalam dan holistik agar mereka bisa berinteraksi secara positif dengan teman-teman sebayanya.
Menanamkan Empati
Mengajarkan anak untuk memahami perasaan orang lain adalah langkah pertama dalam menghindari perilaku perundungan. Ajak anak berdiskusi tentang perasaan orang lain dan bagaimana kata-kata atau tindakan mereka dapat mempengaruhi orang lain. Misalnya, ketika anak melihat teman yang sedang sedih, ajarkan cara untuk menenangkan atau menawarkan bantuan, bukan malah mengejek atau mengabaikan. Empati yang kuat akan mencegah anak melakukan tindakan yang merugikan orang lain.
Membangun Keterampilan Mengelola Emosi
Anak-anak yang kesulitan mengelola emosi mereka, seperti marah atau frustasi, lebih rentan untuk melakukan perundungan sebagai pelampiasan. Ajarkan anak cara mengidentifikasi dan mengatasi emosi mereka dengan cara yang positif. Ini bisa dilakukan melalui teknik-teknik sederhana seperti bernapas dalam-dalam, berbicara dengan orang dewasa ketika merasa kesal, atau menemukan hobi yang menenangkan. Anak yang bisa mengendalikan emosi akan cenderung menghindari tindakan yang merugikan orang lain.
Mengajarkan Toleransi dan Penghargaan terhadap Perbedaan
Salah satu penyebab perundungan adalah kurangnya toleransi terhadap perbedaan. Anak perlu diajarkan untuk menghargai keberagaman, baik itu perbedaan fisik, budaya, atau pendapat. Membicarakan pentingnya menghormati teman yang berbeda, baik dari segi agama, latar belakang, atau cara berpikir, akan mengurangi potensi perundungan di antara mereka. Anak yang tumbuh dengan pemahaman ini akan lebih cenderung bersikap inklusif dan menerima perbedaan tanpa merendahkan orang lain.