Lihat ke Halaman Asli

Ainul Dwi085

penulis ainul

Biografi: K.H. Ahmad Dahlan

Diperbarui: 7 November 2022   16:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

KH.Ahmad Dahlan berasal dari Kauman , Yogyakarta. Lahir pada tahun 1868 dan Wafat pada tahun 1923 yang dimakamkan di Karangkajen Yogyakarta. Beliau menjadi sosok yang sangat baik. Hingga mendapat pengakuan dari Pemerintah RI menjadi Pahlawan Kemerdekaan Indonesia dengan SK. Nomor 657 tahun 1961. Sejak umur 8 tahun beliau lancar membaca Al-Qur'an  dan khatam 30 juz. Sosok yang baik membawakan sebuah pemikiran Islam dan memiiki wawasan yang membawa kemajuan di era modern. 

Dari pemikiran-pemikiran tersebut melahirkan beberapa organisasi pergerakan islam salah satunya yaitu Muhammadiyah. Munculnya banyak pemikiran terhadap Islam dapat meneropong suasana dan situasi kebersamaan yang mengandung niai-nilai spiritual. Perlu disadari bahwa perkembangan Islam saat ini banyak yang mengalami akan hal pasang-surut kehidupan. Sehingga terdapat dua pilar yang dibutuhkan oleh umat manusia yaitu agama dan ilmu. Yang dimana kedua pilar tersebut sangat berpengaruh pada nilai adab manusia karena kompas hidup berada pada Agama.

Agama menjadi pondasi bagi manusia. Orientasi pada ilmu agama menjadi inovasi dan pengembaraan yang tidak semena-mena menghilangkan tradisi di masa lalu. Hal tersebut telah melekat di dalam diri KH. Ahmad Dahlan. Faktor berdirinya Organisasi Muhammadiyah pada waktu kehadiran pemerintah Belanda serta misi Kristenisasi di Indonesia. Sehingga, beliau sangat antusias terhadap instrumen pendidikan sosial melalui Muhammadiyah sebagai lokomotifnya. Semboyannya adalah "kembali kepada al-Qur'an dan sunnah Nabi dan menegakkan masyarakat Islam yang sebenarnya".  

Dakwah yang diadakan oleh KH.Ahmad Dahlan sangat di antusiasi oleh masyarakat dari berbagai pihak. Dengan ide pembaharuan yang beliau serap menurut pemikiran Ibnu Taimiyah, al-Afgani , Abbduh dan Rasyid Ridha melakukan usaha-usaha memperbaiki aqidah dan amal ibadah masyarakat Islam di Kauman. Pengetahuan diperoleh bukan dari orang lain tapi didapatkan dari ia belajar secara otodidak. Namun, ilmu baca tulis yang diperoleh dari kerabat terdekat (ayah, sahabat, dan saudara iparnya). Setelah KH.Ahmad Dahla menginjak dewasa beliau menuntut ilmu dari gurunya yaitu KH. Raden Dahlan, Kyai Mahfud dan syehk Hasan.

KH.Ahmad Dahlan memiliki kepribadian yang disiplin, arif, dan tajam pikiran serta pandangan yang memikirkan masa depan. Selain itu, KH. Ahmad Dahlan mempunyai jiwa toleransi yang sangat tinggi, bahkan memberikan semangat pada segala sesuatu agar tidak terjadi pecah belah antar umat. Karena, beliau percaya bahwa dirinya dapat memimpin Muhammadiyah hingga berhasil untuk mencapai tujuan meskipun banyak rintangan dari kolonial Belanda.  

Seiring berjalannya waktu, K.H Ahmad Dahlan mendapat apresiasi akan hasil yang beliau bangun dalam gerakan Organisasi Muhammadiyah dari kalangan pemerintah serta rakyat Indonesia. Sekembalinya beliau dari Mekkah pada tahun 1912, beliau mendirikan Muhammadiyah di kampung halamannya, Kauman, Yogyakarta. 

Baru pada tahun 1921 Muhammadiyah diberi izin oleh pemerintah untuk mendirikan cabangnya di daerah lain. Kemudian beliau melakukan banyak usaha besar yang terarah, seperti mendirikan rumah pengobatan, rumah sakit, panti asuhan, pemeliharaan kaum miskin, sekolah, serta madrasah setelah Muhammadiyah kukuh berdiri. Sebelum beliau mendirikan Muhammadiyah, beliau pernah tercatat dalam anggota Boedi Utomo dan Sarekat Islam.

Pada tahun 1896, nama K.H. Ahmad Dahlan menjadi pembicaraan khususnya di Yogyakarta, karena beliau melakukan pembetulan terhadap arah kiblat pada langgar-langgar dan masjid-masjid di Yogyakarta. Pada masa itu kebanyakan tempat ibadah menghadap ke arah Timur dan banyak orang yang melakukan sholat menghadap lurus ke Barat. Beliau melakukan pembetulan tersebut dengan Ilmu Falak yang beliau kuasai. Berdasarkan Ilmu Falak tersebut, arah kiblat Pulau Jawa seharusnya condong ke Utara kira-kira 24,5 derajat.

K.H. Ahmad Dahlan mengalami gangguan kesehatan sejak tahun 1922 karena mobilitas beliau yang begitu tinggi. Dengan saran dokter, pada tahun 1923, beliau menyempatkan diri untuk beristirahat di Gunung Tretes, Malang, Jawa Timur, sebelum akhirnya beliau kembali ke Yogyakarta untuk menghadiri rapat tahunan Muhammadiyah. Dalam pembukaan rapat tahunan tersebut, beliau masih sempat untuk memberikan sambutan. Kesehatan beliau terus menurun hingga akhirnya beliau meninggal pada tanggal 23 Februari 1923 dan dimakamkan di Karangkajen, Yogyakarta, serta diberi gelar Pahlawan Nasional oleh Pemerintah Republik Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline