Dunia kita saat ini memaksa kita untuk setidaknya melontarkan suatu pertanyaan: "kenapa bisa begitu ?" "apa iya ?", "masa sich ?", de el el ____, termasuk dalam masalah hak paten dogma-dogma agama. Saya bukan provokasi, tapi ini memang salah satu fenomena dari fakta objektif yang ada sekarang.
Simaklah petuah dari Sayyid Murtadha Muthahhari dalam kitab al-'Adl al-Ilahy, hlm 13 :
هل نقابل هذه الشكوك و التساؤلات التي تبلغ احيانا حد الافراط بالأسف والضبق و روح التشاؤم ؟
كلا ... انني لا اعتقد بأنها تدعو الى الحزن, لأن الشك مقدمة لليقين و السؤال مقدمة للوصول الى النتبجة والاضطراب مقدمة للاستقرار. ان الشك لمعبر رائع بقدرما هو منزل سيئ
" Apakah kita akan menghadapi segenap keraguan dan pertanyaan yang terkadang mencapai tingkat ekstrem ini dengan perasaan yang putus asa, sesak nafas dan pesimistis ?
Tidak .. aku tidak percaya bahwa keraguan itu selalu menyedihkan. Sebab keraguan adalah permulaan menuju keyakinan, pertanyaan adalah permulaan menuju kesimpulan yang tepat, dan kegelisahan adalah permulaan menuju ketentraman.
Keraguan adalah jembatan yang indah, sekalipun ia juga merupakan tempat tinggal yang buruk "
So ... what is this thing that makes the bridge of real faith seems a worst nightmare ?
Itu karena apatisme para sesepuh, yang harusnya mengayomi dan membimbing ade-adenya,bukannya malah menghindar bahkan mencaci dengan tuduhan yg sinis sebagai generasi yang outlaw muslim lah, ato anti-Islam message _____ ???? .....
Sekali lagi, ini adalah fakta objektif yang niscaya, bukankah Nabi Yunus juga "ditegur" oleh Allah karena berputus asa dalam berdakwah ? .....
So .. let's duit tugeder
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H