Mak selalu menekankan satu hal padaku... "membuat suami betah di rumah suguhi nasi angat" Awalnya aku agak aneh mendengar ungkapan itu, tapi akhirnya mengerti... sifat nasi adalah lengket, jika ia di masak dengan air yang banyak dia tidak akan padat bisa berfungi sebagai lem, jika kenyal sifatnya mengenyangkan, jika tlah terisi penuh maka suami enggan keluar rumah... itu mengapa mak mengharuskan tinggal denganya sebelum pernikahan beberapa bulan mendatang, agar belajar tentang nasi angat, kata mak... meskipun makanan di luar rumah beragam dan lezat, tapi tidak ada yang lebih lezat di banding nasi angat di hasilkan dari dapur sendiri...mak juga bertutur... suami mencintai istri yang selalu menyuguhi nasi angat, nasi angat adalah simbol ketulusan istri...sebab sesibuk apapun iistri tidak lupa akan ungkapan cinta pada suami dengan Nasi....juga mempersatukan keluarga besar dalam satu hidangan... kata bapak keluarga harmonis adalah keluarga makan berjamaah Apa yang di katakan mak kuyakini hal benar, dia sudah mengikat bapak dengan "nasi angatnya" ... cinta mereka bertahan hingga tubuh mereka menua, tapi cinta diantara keduanya tak pernah menua. Di masa-masa tua, mereka masih terlihat kuat... dan bapak dia tidak pernah merasa tua... katanya fisik boleh tua...tapi jiwa tidak. Bapak dan mak menghabiskan masa tua, di rumah baru mereka bangun. Kadang kami duduk di bawah pohon berdaun lebat yang memayungi tubuh kami. Burung perkutut bersiul nyaring memecah sunyi , binatang itu seolah membelah kesepianya di sarangi, ia tergantung tepat didepan jendela, dari kecil aku sudah terbiasa dengan berbagai suara burung, kehobyan bapak adalah memelihara. Di samping rumah kami ada dua buah kolam, satu kolam lele dan satunya lagi kolam besar untuk ikan nila dan ikan emas, rumah di kelilingi oleh pepohonan, di samping kiri ada tanah dua kapling di Tanami emak dengan berbagai macam tumbuhan pala wijah. Kunamakan rumah kami sebagai rumah hijau, ketika membuka jendela di belakang petama kali kulihat adalah pohon kelapa, duren, rambutan dan rerumputan serta kolam ikan, di samping kamarku terdapat kebun timun dan beberapa pohon pisang… Di rumah hijau inilah kedua orang tuaku menikmati cinta di masa tua mereka... Mak... sangat mencintai bapak, meski sifat mak keras, adakalahnya dia lembut bagai kapas pada bapak... suatu ketika saat kami bertiga makan dalam satu hidangan bersama, tidak seperti biasanya bapak makan sedikit, beliau terbatuk-batuk, mata tua mak sayu... seketika itu juga mak berhenti makan.... "sepertinya sudah dekat..." kata bapak tiba-tiba. Hatiku tersentak nyilu... akupun menyudahi makananku "kalo kamu meninggal, siapa temanku nanti..." kata mak menyaut, matanya berkaca-kaca... bapak hanya menyengir... aku tidak tau pasti sudah berapa usia pernikahan mereka, tapi saat ini... dia mempunyai anak sembilan, cucu 20, cicit 6... aku benar-benar menganggumi cinta sepanjang hayat mereka, ternyata waktu bisa menyatukan segala hal, bakti mak kepada bapak adalah bukti sesungguhnyya dari nasi angat yang dia suguhi dari dapur sendiri... bapak, tipe orang yang tidak mau makan sendiria, di rumah harus ada selalu hidangan kata bapak juga... makan berjamaah itu adalah kenikmatan tiada tara, hanya dengan makan nasi angat berhidanganlah bisa menyatukan hati dan meleburkan segala amarah serta kebencian.... * * * * Usia tua... tidak akan meleburkan cinta. Itulah yang harus di teladani dari kedua orang tuaku. Kemandiarian.... meskipun usia mereka tlah lanjut, dan bahkan bapak berjalanpun tertatih... tapi dia masi bisa merealisasikan semua mimpinya.... dia tidak tergantung dengan siapapun... Aku adalah anak bungsu… orang tuaku telah senja, kerut-kerut di wajah mereka meluluhkan kekerasan hatiku, harapan mereka adalah menyempurnakan hidupku sebagai wanita. Aku adalah seorang anak… mungkin juga aku tlah letih menabur kecewa di masa senja mereka, hanya aku yang belum menyempurnakan hidup kedua orang tuaku.... mereka memilihkan seorang laki-laki, kata kakak tertuaku... "dia adalah laki-laki baik..." "apakah ini jodoh?" Yah.... mungkin kakaku benar, menikah adalah anugrah dan mungkin ini adalah Takdir.... sifat manusia hanya menjalani takdir... Mata bapak dan mak mungkin tlah kabur, tapi dia akan melihat jelas.... kata orang saat anak perempuan bungsu menikah segala derita orang tua akan terobati, dengan begitu mereka menyaksikan kebahagiaan utuh sebagai orang tua... Ya Allah... aku ingin berhenti menoleh ke belakang, ke masa di mana aku tidak ingin mengingatnya lagi... karena masa lalu adalah hal paling jauh dalam hidup kita. Aku ingin membuat lembar baru.... yang akan kutulis dan kukisahkan bersama suami... aku yakin... ini adalah jalan terindahMU, maka mudahkan segala urusan kami, jaga cinta kedua orang tuaku panjangkan umur mak bapaku ya Allah... semoga waktu akan memperbaiki semuanya.... Amin ya Rabil alamin ket : nasi angat : nasi yang di hidangkan dalam keadaan hangat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H