Dalam keluarga yakni suami dan istri pasti menemui konflik. Hal tersebut sangat wajar karena tidak mudah mempersatukan dua sifat yang berbeda. Bukan hanya sebagai personal, namun dua keluarga besar yang didalamnya terdapat orang tua, adik, kakak, paman, bibi dan sebagainya.
Pemicu terjadinya konflik
Permasalahan keluarga sangat kompleks. Namun kekompakan yang dilakukan dalam keluarga besar sering kali tidak diterima oleh pendatang baru yakni pihak menantu. Dalam hal ini ada beberapa kasus yang dapat kita jadikan pelajaran.
Pada kasus pertama pihak keluarga terlalu memproteksi anak laki-lakinya. Karena berniat ingin berbakti kepada orang tua maka segala saran dari orang tua selalu turuti. Perlawanan batin pun muncul di pihak istri, namun tidak bisa membantah. Mungkin permasalahan bukan hanya itu saja yang pada akhirnya dia depresi.
Pada kasus kedua justru sebaliknya, pihak menantu yang tidak mau diganggu oleh pihak manapun. Dia merasakan bahwa keluarga besar suami adalah beban, karena selalu menjadi tempat keluh kesah, sehingga putuslah tali silaturahmi, karena si suami selalu memihak si istri.
Kasus serupa juga sering kita dengar di media terutama di kalangan artis yang akhirnya berujung dengan perceraian. Ya, karena publik figur sehingga beritanya cepat menyebar. Kita tidak bisa menilai dari mana permasalahan tersebut berasal karena masing-masing pihak selalu mengungkapkan argumen pembenaran.
Seberapa besar konflik yang muncul dalam keluarga sebenarnya tergantung bagaimana bersikap. Jika seseorang terbiasa manja kemungkinan penerimaan terhadap ujian yang menimpa akan terasa sangat berat, namun bagi orang lain masalah sepele. Disinilah muncul sifat mementingkan diri sendiri atau bisa disebut dengan istilah egois.
Bagaimana Ego itu bekerja?
Keretakan hubungan keluarga tidak akan terjadi jika kita mampu mengendalikan ego. Orang yang memiliki ego tinggi akan mudah terpancing dan mudah meluapkan kemarahan. Mereka melakuan penolakan terhadap sesuatu yang tidak sesuai ekspektasi.
Penolakan bisa dimunculkan melalui aksi berupa perubahan ekspresi wajah, perkataan atau dengan melibatkan anggota tubuh lainya. Aksi inilah nantinya akan terbaca dan menyebabkan orang lain tersinggung.