Teruslah bodoh jangan pintar. Karya Terelie terbitan Januari 2024, berjumlah 371 halaman. Buku ini berisi kritik sosial, di dalamnya mengisahkan permasalahan sosial yang terjadi tentang betapa tumpulnya hukum di Indonesia. Novel ini bercerita tentang kisah aktivis lingkungan yang mengugat sebuah mega PT yang bergerak di bidang pertambangan yang bernama PT Semesta Mineral dan Mining. PT tersebut diceritakan tidak bertanggung jawab dan semena-mena dengan kekuasaan.
PT ini diugat oleh aktivis lingkungan terkait banyak kasus diantaranya anak kecil yang tewas karena bekas pertambangan yang tidak direklamasi oleh PT Semesta Mineral & Mining. Namun semua gugatan dengan mudah ditepis oleh PT Mineral yang diwakili seolah seorang pengacara mahal, licik dan terkenal. Persidangan berjalan dengan janggal seolah-olah hukum itu dapat dibeli.
Pengacara tadi dengan lihai membolak-balikan fakta dia juga mendatangkan saksi palsu, merekayasa kejadian bahkan menyuap pengadilan. Novel ini mengajak pembaca untuk merenungkan arti kehidupan dan keadilan arti bodoh dan arti kata pintar yang ternyata tidak sesederhana itu terlebih di tengah dunia yang penuh materialisme dan keserakahan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H