Lihat ke Halaman Asli

Surat Untuk Wanitaku

Diperbarui: 17 Juni 2015   23:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Assalamuallaikum Wr. Wb.

Bu ... pa khabar???

Maaf ya dimalam yang seharusnya kita bersama merayakan tentang hari jadinya kita...papa malah diluar kota...

Gak apa-apa ya ... yang penting hati kita walaupun berbeda dan berjauhan tetap terikat oleh syakralnya syahadat 12 Tahun lalu yang papa ucapkan didepan penghulu. Memang waktu itu papa tidak bisa memberikan mahar seperti kebanyakan orang, maaf ya bu...bukan ngak mampu lho... tapi papa coba mengajarkan kita tentang hidup dengan kesederhanaan (#ngeless padahal miskin hahahahahahaha). Tapi menurut papa mahar paling mahal adalah rasa cinta dan kesetiaan.... itulah yang membuat kita mampu bertahan dan selalu bahagia selama 12 tahun bersama.

Dua belas tahun lho bu... anak kita pun yang besar sudah ABG...,

malu rasanya nulis surat ini... (malu sama umur hahaha)

Ngak apa-apa ya ... yang penting kita, wong ini ngomongin bahagianya kita..

Bu... ingat ngak dulu saat kita taa'ruf (cie..cie) papa pernah mengirimkan surat kan (masih ada ngak suaratnya), biarlah dimasa media sosial ini kembali mengenang masa lalu  dengan surat ini (heheheh). Iri rasanya ... andai dulu FB atau media sosial lain sudah ada, pasti wall atau time line penuh dengan ungkapan rasa untuk ibu seorang....(Gomball heheheh).

Oh ya bu.... akhirnya.. bahagianya papa semakin sempurna.. tepat diusia 12 tahun setelah akad nikah kita.

Tahu ngak kenapa...? itu lho beberapa minggu yang lalu.. saat mudik ke tempat dimana ibu dilahirkan.

Boleh jujur ngak nih... saat disana disetiap sholat malam, do'a, dan saat sholat i'ed papa selalu meneteskan air mata lho. (bukan nangis ya...tp banyak airnya hehehe). Cengeng ya... namun sepertinya wajar... bayangin aja setelah 12 tahun itu baru pertama kali dan persis setelah papa bangkit dari sakit yg pernah papa derita. Hmmm mungkin itu ungkapan rasa syukur papa, betapa bahagianya, harunya.. itu disini,... (sambil nunjuk dada) bayangin coba... ibu tau persis kondisi papa manja, cengeng, selalu mengeluh sakit selama ini kalo didera capek, namun saat papa mudik kemarin seperti dapat mukzizat, begitu energik, kuat, dan tak ada keluh kesah walau satu minggu lebih keliling kampung, blusukan ke spot spot indah disana. Indahnya itu luar biasa, bukan hanya karena alamnya tapi juga karena melihat bagaimana pengorbanan ibu mau mendampingi papa dalam kondisi apapun, tak semua wanita lho bisa merawat dan mengurus suami sakit dengan seikhlas dan sesabar ibu... apalagi papa lho yang sakit (jadi malu) yang banyak marah dan maunya (tak tau diri) begitu sulit ya bu... ditambah kondisi ibu sedang hamil besar untuk anak ke tiga kita dan juga keputusan saat itu ibu harus meninggalkan keluarga di Banda Aceh... sangat berat padahal lagi senang-senangnya khan. Maaf ya bu.. mengingatkan kembali mas-masa suliut kita, semoga dan insyaallah bentuk sabar dan ikhlas ibu menjadi ladang pahala yang luar biasa buat bekal ibu di syurga...., Aamiin.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline