Oleh: Ainda Amini, Ima ijayanti Nor Aini, Mochamad Fikri Ali Akbar, Nola Prastika R
Rabu, (04/10/23) lalu melakukan observasi permasalahan ekonomi petani jeruk Desa Karangwidoro, Kec. Dau, Kab. Malang kelompok 4 yang beranggotakan 4 mahasiswa dari Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Negeri Malang yang diampu oleh Prof. Dr. Imam Mukhlis, S.E., M.Si dan Agung Nugroho, S.Pd., M.Pd melakukan survei ke kebun jeruk milik salah satu petani di kabupaten Malang tepatnya di Kecamatan Dau Desa Karangwidoro untuk menemukan permasalahan ekonomi yang di alami salah satu petani di Desa tersebut. Survei ini di lakukan pada hari Rabu, 4 Oktober 2023. Potensi jeruk di Desa Karangwidoro dapat di katakan cukup besar, di lihat dari kunjungan yang di lakukan di rumah Bapak Mujiono (33 tahun) salah satu petani jeruk yang berada di Desa Karangwidoro. Bapak Mujiono sedang merintis perkebunan jeruk selama 3 tahun ini. Modal awal yang di gunakan Bapak Mujiono adalah Rp.22.300.000,00 untuk membeli bibit pohon jeruk dan peralatan berkebun lainnya.
Selain membeli bibit pohon jeruk, Bapak Mujiono juga membeli perlengkapan untuk merawat jeruk agar terhindar dari segala kerusakan pada pohon. Total pengeluaran Bapak Mujiono untuk membeli perlengkapan merawat jeruk seperti membeli obat dan pupuk sekitar Rp.1.774.000,00. "Setelah bibit pohon jeruk ditanam, pohon jeruk bisa tumbuh hingga masa panen kurang lebih membutuhkan waktu selama 3 tahun" ucap Bapak Mujiono. Bapak Mujiono memiliki pohon jeruk sebanyak 300 pohon, tiap pohonnya dapat menghasilkan kurang lebih 15 Kg buah dalam satu kali panen. 1 Kg buah jeruk di jual dengan harga Rp.12.000,00 jadi dalam 6 bulan Pak Mujiono bisa mendapatkan hasil sekitar Rp.54.000.000,00.
Akan tetapi Bapak Mujiono juga mengalami permasalahan, salah satu permasalahan yang di alami Bapak Mujiono adalah kurangnya air, "Di musim kemarau ini yang saya alami adalah kesulitan air sehingga saya harus mengangkut air dari rumah ke kebun minimal 1 minggu 2 kali untuk menyirami pohon jeruk tersebut" ungkap Bapak Mujiono. Sulitnya mendapat akses pengairan ini sangat memberi dampak yang terasa bagi para petani, karena pohon jeruk tergolong dalam tanaman yang sensitif terhadap unsur hara tertentu. Adanya hama juga menyebabkan kesulitan bagi Bapak Mujiono karena hama bisa datang kapan saja.
Oleh karena itu, pak Mujiono juga harus siap dengan datangnya permasalahan tersebut. Kurangnya perhatian dari pemerintah memnyebabkan permasalahan ini tak kunjung teratasi, seperti yang kita ketahui permasalahan tersebut termasuk dalam permasalahan yang serius. Salah satu fakta yang mendukung akan keseriusan masalah tersebut adalah dengan adanya pernyataan dari Bapak Mujiono bahwasanya permasalahan ini adalah permasalahan yang tak kunjung teratasi hingga saat ini. Salah satu solusi yang kiranya tepat adalah dengan adanya bantuan saluran pengairan dari pemerintah. Bantuan ini tentunya sangat berdampak besar bagi para petani jeruk. Tak hanya bagi petani saja, tetapi juga sangat berdampak terhadap kualitas jeruk.
Perkebunan jeruk yang kekurangan air dapat menghadirkan banyak tantangan dan potensi kerugian bagi para petani jeruk. Air sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan jeruk. Ketika air mengalami kekurangan, tanaman jeruk dapat mengalami penurunan kualitas, mengurangi produksi, dan bahkan dapat mati. Oleh karena itu, manajemen air yang baik sangatlah penting dalam usaha pertanian jeruk.
Setelah melihat permasalahan tersebut salah satu solusi yang kiranya tepat adalah dengan adanya bantuan saluran pengairan dari pemerintah. Bantuan ini tentunya sangat berdampak besar bagi para petani jeruk dalam menghadapi situasi tersebut guna untuk mempermudah pengairan dan untuk persediaan selama musim kemarau tiba.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H