Tekanan sosial di lingkungan sekolah dan masyarakat dapat berdampak negatif pada kesehatan mental remaja. Teori ini mencerminkan pendekatan preventif yang menekankan pentingnya strategi mengatasi stres dalam mempertahankan kesejahteraan psikologis. Di sisi ain, keterampilan sosial memainkan peran penting dalam interaksi sosial remaja. Modul ini sesuai dengan teori perkembangan sosial Vygotsky, yang menekankan pentingnya pembelajaran sosial dan pengembangan keterampilan melalui interaksi dengan orang lain .Modul yang membahas strategi mengatasi tekanan sosial di lingkungan sekolah dan masyarakat mencerminkan pendekatan preventif terhadap masalah kesehatan mental remaja. Teori ini menekankan bahwa individu dapat memanfaatkan strategi kopling untuk mengatasi stres dan tekanan hidup. Dengan memahami dan menerapkan strategi mengatasi stres, remaja dapat membangun ketangguhan mental yang dapat membantu mereka mempertahankan kesejahteraan psikologis di tengah tekanan sosial yang mungkin mereka alami. Modul yang membahas pengembangan keterampilan sosial juga memiliki dasar teoretis yang kuat, terutama dalam teori perkembangan sosial Vygotsky. Vygotsky menekankan pentingnya pembelajaran sosial dan interaksi dengan orang lain dalam pengembangan keterampilan kognitif dan sosial. Dalam konteks konseling sebaya, di mana siswa berperan sebagai konselor, keterampilan sosial yang baik sangat penting untuk memfasilitasi interaksi yang sehat dan efektif antar-remaja. Integrasi teori kopling Lazarus dan Folk man dengan teori perkembangan sosial Vygotsky dalam modul ini menunjukkan pendekatan holistik terhadap kesejahteraan remaja. Dengan membekali mereka dengan strategi mengatasi stres dan keterampilan sosial, modul ini tidak hanya berfokus pada aspek pencegahan masalah kesehatan mental, tetapi juga pada pengembangan kemampuan adaptasi dan interaksi sosial yang positif. Ini menciptakan landasan yang kuat untuk membantu remaja tidak hanya menghadapi tantangan, tetapi juga tumbuh dan berkembang dalam konteks sosial mereka.Masa depan dan Karier masa remaja seringkali diidentifikasi sebagai periode kritis dalam pengembangan karier siswa.
Konseling di sekolah menengah menjadi bagian penting dalam memberikan dukungan dan pelayanan psikososial bagi para remaja [1]--[6]. Namun, di banyak sekolah di daerah pelosok, pelaksanaan konseling menghadapi berbagai tantangan yang mengakibatkan layanan konseling yang kurang optimal. Permasalahan utama adalah kurangnya konselor berlatar belakang pendidikan konselor yang memenuhi syarat. Rata-rata konselor adalah guru mata pelajaran seperti guru agama islam atau guru PPKn yang diminta merangkap tugas. Masalah ini memiliki urgensi yang tinggi karena masa remaja adalah periode kritis dalam perkembangan individu. Remaja dihadapkan pada berbagai perubahan fisik, emosional, dan sosial yang kompleks. Ketidakstabilan emosi, tekanan akademik, pertemanan, dan masalah identitas menjadi beberapa tantangan yang dihadapi remaja [7]--[10]. Kondisi ini dapat berdampak pada kesehatan mental, performa akademik, serta kesejahteraan secara keseluruhan. Oleh karena itu, konseling sebaya yang efektif dan mendukung menjadi sangat penting untuk membantu remaja menghadapi berbagai masalah dan tuntutan di usia kritis ini.Selain itu, kurangnya konselor berlatar belakang pendidikan konselor juga berpotensi menyebabkan kesenjangan dalam akses layanan konseling antara sekolah di daerah pelosok dan daerah perkotaan. Para siswa di daerah pelosok berisiko mendapatkan layanan konseling yang kurang memadai, sedangkan merek juga membutuhkan dukungan dan bimbingan yang setara dengan siswa di perkotaan. Dalam merinci kerangka teoretis penelitian ini, kita dapat melihat dari perspektif konsep dan teori konseling, terutama terkait dengan peran konselor sebaya dalam mendukung remaja di sekolah menengah. Teori konseling yang relevan dapat mencakup model pelayanan konseling, seperti model Roger yang menekankan empati dan pemahaman yang mendalam, serta teori-teori pengembangan remaja yang menyoroti aspek-aspek penting dalam pertumbuhan individu pada masa remaja.Selain itu, konsep-konsep psikososial dan tantangan perkembangan remaja dapat dijelaskan dengan merujuk pada teori perkembangan Erikson, yang menyoroti konflik identitas sebagai salah Satu sosialisasi awal, sebagai langkah pertama, mencerminkan pendekatan partisipatif dari teori Community-Based Partisipatif. Tujuan interaktif ini membantu membangun keterlibatan peserta dengan memberikan pemahaman yang jelas tentang manfaat dan tujuan dari kegiatan pelatihan. Penerimaan umpan balik dari peserta memperkaya persiapan lanjutan dan merancang modul pelatihan yang lebih responsif terhadap kebutuhan mereka.Materi pelatihan yang disampaikan menggunakan modul mencerminkan pendekatan Service Learning, di mana dosen dan mahasiswa secara aktif terlibat dalam membagikan pengetahuan mereka kepada konselor sebaya. Modul tersebut juga didesain sesuai dengan prinsip-prinsip teori konseling sebaya, yang menekankan pada empati, pemahaman, dan dukungan antar sesama. Diskusi kelompok dan interaksi antar peserta mendukung teori pembelajaran sosial Vygotsky, di mana individu tumbuh dan belajar melalui interaksi dengan orang lain. Pendekatan role-play dalam latihan praktis mencerminkan prinsip-prinsip teori pembelajaran praktis, yang menekankan pentingnya pengalaman langsung dan aplikasi konsep dalam meningkatkan keterampilan. Aspek etika dalam konseling sebaya yang ditekankan mencerminkan prinsip-prinsip etika konseling, seperti kerahasiaan dan keadilan, yang secara konsisten diterapkan dalam pendekatan teoretis konseling professional .Evaluasi yang dilakukan untuk mengukur pemahaman dan keterampilan peserta mencerminkan prinsip-prinsip teori penilaian dalam pendidikan. Penutupan kegiatan dengan rangkuman pokok-pokok dan perencanaan tindak lanjut sesuai dengan prinsip-prinsip manajemen program yang berkelanjutan. Penguatan secara komprehensif dan kontinu melalui kolaborasi antara dosen, guru bimbingan konseling, dan mahasiswa mencerminkan konsep pendekatan interdisipliner dalam teori konseling sebaya. Hal ini mendukung integrasi pengetahuan dan pengalaman dari berbagai disiplin ilmu untuk memberikan layanan konseling sebaya yang holistik dan efektif. Penyusunan isi materi modul konselor sebaya, sistematika modul, serta pelaksanaan sosialisasi dan pelatihan konselor sebaya merupakan langkah signifikan dalam menghadirkan pendekatan holistik dan interaktif dalam pemahaman dan penanganan masalah kesehatan mental remaja. Inovasi dalam merancang modul ini tidak hanya memberikan wawasan mendalam tentang aspek-aspek kritis dalam perkembangan remaja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H