Di sebuah desa yang terletak di pedalaman, hiduplah seorang pemuda bernama Zain. Zain berasal dari keluarga petani yang sederhana, namun ia memiliki cita-cita besar. Sejak kecil, ia selalu terpesona oleh buku-buku tua yang dibaca oleh kakeknya, seorang guru agama yang dihormati di desa. Kakek Zain sering mengajarkan bahwa ilmu adalah kunci untuk mengubah nasib, dan bahwa "Tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina" adalah pesan yang harus dijalani setiap Muslim.
Zain tumbuh dengan tekad kuat untuk menuntut ilmu. Ia percaya bahwa pengetahuan adalah cahaya yang dapat menerangi jalan kehidupan. Setiap kali ia mendengar cerita kakeknya tentang betapa jauh seorang pelajar harus pergi untuk mendapatkan ilmu, hatinya semakin tergerak. Ia tahu, untuk meraih impian besar, ia harus berani melangkah jauh, lebih jauh dari desa kecilnya.
Suatu hari, Zain mendatangi kakeknya yang sedang duduk di beranda rumah, dengan mata yang tajam menatap langit senja.
"Kakek, aku ingin menuntut ilmu lebih dalam. Aku ingin pergi jauh, ke negeri yang lebih besar, untuk belajar," kata Zain dengan penuh keyakinan.
Kakek Zain tersenyum bijaksana, "Zain, ilmu itu tidak terbatas pada tempat. Seperti yang pernah diajarkan Nabi, 'Tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina.' Artinya, carilah ilmu meski kamu harus menempuh perjalanan jauh, bahkan ke tempat yang belum kamu kenal. Tetapi ingat, ilmu yang paling berharga adalah ilmu yang bermanfaat bagi umat dan dirimu."
Zain mengangguk. Ia tahu, kakeknya memberi nasihat yang sangat berharga. Pada keesokan harinya, Zain memutuskan untuk berangkat. Ia mempersiapkan segalanya, membawa bekal secukupnya, dan menyisakan sedikit uang yang ia kumpulkan dari bekerja di ladang. Ia memutuskan untuk berangkat ke kota besar untuk melanjutkan pendidikannya, berharap bisa menggapai ilmu yang lebih tinggi.
Perjalanan Zain tidak mudah. Ia harus melewati banyak rintangan, mulai dari melewati hutan lebat, menyeberangi sungai besar, hingga berhadapan dengan cuaca yang tidak menentu. Namun, tekadnya yang kuat membuatnya terus melangkah. Setiap kali ia merasa lelah, ia teringat pesan kakeknya tentang pentingnya ilmu, dan itu memberinya kekuatan.
Setelah berbulan-bulan perjalanan, Zain akhirnya tiba di kota besar. Di sana, ia mendaftar di sebuah perguruan tinggi yang terkenal. Zain mulai mempelajari berbagai ilmu, mulai dari agama, filsafat, hingga ilmu pengetahuan alam. Ia merasa bahagia karena dapat belajar dari para guru yang sangat berpengalaman. Namun, meskipun ia sudah berada di kota besar, ada rasa rindu yang mendalam untuk kembali ke desa dan berbagi ilmu dengan orang-orang di sana.
Pada suatu kesempatan, Zain mendapat tawaran untuk melanjutkan studi ke luar negeri. Tawaran itu datang dari seorang profesor yang melihat potensinya. Profesor itu mengatakan bahwa Zain memiliki bakat yang luar biasa dalam bidang matematika dan fisika. "Zain, kami ingin kamu melanjutkan studi ke luar negeri. Ke Cina, tempat ilmu pengetahuan berkembang pesat," kata profesor itu.
Mendengar tawaran tersebut, Zain merasa cemas. Ia tahu bahwa untuk melanjutkan pendidikan di Cina, ia harus menempuh perjalanan yang jauh dan waktu yang lama. Namun, ia juga tahu bahwa ini adalah kesempatan yang sangat langka. Dengan doa dan restu dari orang tuanya serta kakeknya, Zain akhirnya memutuskan untuk menerima tawaran itu.
Setibanya di Cina, Zain mulai belajar di universitas ternama di sana. Ia bertemu dengan banyak ilmuwan, belajar dari mereka, dan mengembangkan pengetahuan yang sudah ia miliki. Namun, meskipun ia mendapatkan banyak ilmu, Zain tidak melupakan pesan kakeknya tentang ilmu yang bermanfaat bagi umat. Ia bertekad untuk kembali ke desa setelah ia selesai menuntut ilmu, untuk mengajarkan apa yang telah ia pelajari.