Pada umumnya lokasi desa di lereng pegunungan memiliki kondisi tanah yang subur untuk pertanian dan perkebunan. Dengan kondisi tanah yang subur, para warga memanfaatkannya untuk ladang perekonomian mereka. Jadi kebanyakan pekerja di desa ini berprofesi sebagai petani. Banyaknya produksi sayuran di desa ini membuat para warga menyepelekan kegunaan sampah organik yang sangat bermanfaat ini.
Menurut Bapak Bangga Alhakim selaku Kepala Desa Kesimantengah menyatakan bahwa kebiasaan buruk masyarakat desa ini ialah membuang sampah organik di lahan kosong seperti lahan mereka sendiri atau sepanjang tepi sungai.
Berdasarkan pernyataan dari Pak Kades inilah yang membuat Mahasiswa KKN-T UNESA Mojokerto 8 terinovatif untuk membuat program kerja yang dapat menanggulangi masalah ini. Kita bermain otak bagaimana caranya agar sampah organik ini dapat dikelola dengan baik. Hasil pemikiran kita tentang sampah organik ialah dengan budidaya maggot dan komposting yang diselingi dengan pengumpulan minyak jelantah yang akan dikepulkan.
Kita memilih program budidaya maggot karena kemampuan dari maggot sendiri yang sangat berhubungan dengan sampah organik, yaitu dapat mengkonversi sampah organik menjadi sumber nutrisi protein tinggi untuk pakan hewan ternak, pakan ikan dan unggas, serta residu pakan berupa kasgot (bekas maggot) yang dapat dijadikan pupuk tanaman.
Mengingat di desa ini juga banyak peternak unggas yang bahan pakannya masih beli. Untuk program komposting, kita mensosialisasikannya seperti membuat kompos pada umumnya, dengan menggunakan bahan sampah organik dan EMP4 untuk pengurainya. Kemudian untuk program minyak jelantah, kita menjalin hubungan dengan pengepul minyak jelantah yang ada di Kabupaten Mojokerto, dengan syarat pengepulan 100 liter persetoran minyak jelantah setiap desa. Sosialisasi ini diadakan pada minggu ke-duabelas dengan mengajak pemateri dari luar, yaitu pihak Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Mojokerto untuk memberi materi dan praktek kepada warga. Dari sosialisasi ini warga juga diberikan bibit maggot sebesar 5 gram perdusun, tong untuk komposting, dan jirigen untuk minyak jelantah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H