Generasi millennial memiliki beberapa karakteristik, baik karakter positif hingga karakter negatif. Beberapa karakter positif yang dimiliki generasi millennial yaitu rasa memiliki terhadap komunitas yang kuat, toleransi, dan percaya diri. Adapun karakter negatif dari generasi millennial yaitu bersikap narsis. Kajian yang dilakukan Lita Mucharom (2015) menjelaskan bahwa generasi Y adalah generasi yang memiliki pribadi untuk dapat menerapkan dan mengaplikasikan kreativitasnya, serta lebih nyaman untuk mencari lingkungan kerja yang santai dan hura-hura. Selain itu generasi Y merupakan generasi yang sangat technominded dan banyak berinteraksi melalui gadget mulai dari HP dan lain sejenisnya.
Generasi millennial merupakan sasaran yang paling tepat untuk memasukkan perkembangan teknologi yang modern, karena generasi millennial merupakan generasi yang terbuka dengan inovasi-inovasi yang ada di zaman modern ini. Namun, sayangnya yang terjadi saat ini banyak generasi millennial rentan akan hal yang memberikan dampak negatif dari perkembangan zaman. Banyak penyalahgunaan yang dilakukan generasi millennial dalam menggunakan teknologi yang modern, salah satu contohnya yaitu, penggunaan sosial media yang berlebihan sehingga generasi millennial disebut sebagai autis atau gila gadget dan kurang respect terhadap lingkungan yang ada di sekitarnya.
Teknologi yang dibuat akan menimbulkan dampak positif maupun negatif, namun semua tergantung bagaimana kita, khususnya generasi millennial dalam menggunakannya. Dampak negatif yang paling sering terlihat yaitu berkurangnya nilai-nilai kebudayaan perubahan dan gaya hidup yang tidak sewajarnya, rasa sosial menjadi berkurang, dan seseorang menjadi malas untuk bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Teknologi lebih menarik perhatian seseorang dibandingkan interaksi sosial antar sesama secara langsung. Melihat realitas tersebut, yang paling digaris bawahi dari dampak negatif yaitu kurangnya interaksi sosial antar sesama secara langsung, generasi millennial lebih tertarik interaksi melalui media sosial. Tidak bisa dipungkiri bahwa kecepatan perubahan dan perkembangan yang ada di perkotaan semakin pesat berkembang.
Generasi millennial saat ini memiliki dampak yang besar dalam perubahan sosialnya, karena generasi millennial merupakan generasi yang dapat disebut dengan agen of change. Generasi millenial merupakan generasi yang penuh dengan kreativitas, inovatif, dan open mind terhadap perkembangan jaman. Perkembangan teknologi yang semakin maju, juga semakin mendorong generasi millennial untuk melakukan dan memanfaatkan teknologi sedemikian rupa. Namun, di lain sisi hal tersebut juga berdampak pada pergeseran nilai-nilai budaya tradisional. Generasi millennial saat ini lebih fokus terhadap perkembangan teknologi dan kepentingan individu daripada kepentingan lingkungan sosialnya. Hal yang menjadi menarik adalah banyak anak muda yang sudah berkembang terutama di perkotaan besar dan sangat modern sehingga mengesampingkan lingkungan sosialnya, tapi masih ada anak muda yang tergabung dalam komunitas sosial yang memiliki aksi amal dan masih peduli akan lingkungan sosialnya. Anak muda yang tergabung dalam komunitas sosial yang memiliki aksi amal merupakan generasi millenial yang mengaktualisasikan dirinya untuk berproses menjadi diri sendiri dalam mengerjakan sesuatu yang disukai.
Beberapa alasan yang mendasari anak muda untuk terlibat dalam aksi amal dalam komunitas sosial merupakan bentuk dari tindakan rasional yang diambil. Tindakan rasional yang diambil anak muda untuk terlibat dalam komunitas sosial pun berbeda-beda maksud dan tujuannya. Anak muda yang memutuskan untuk terlibat dalam komunitas sosial sebagai bentuk jati diri yang dimiliki dalam dirinya merasa bahwa hal tersebut merupakan pilihan yang rasional dalam memenuhi kebutuhan dalam hidupnya, dengan bermanfaat untuk orang lain, anak muda merasa kelengkapan dalam hidupnya.
Lain halnya dengan anak muda yang terlibat dalam komunitas sosial karena ingin menjadi agen perubahan, anak muda yang memilih tindakan rasional dengan menjadi agen perubahan berupaya untuk mencapai tujuan bersama yaitu ingin membangun stigma positif untuk lingkungannya yang selama ini dianggap buruk oleh masyarakat luas. Hal tersebut juga dialami oleh anak muda yang memilih terlibat dalam komunitas sosial karena ingin membangun citra diri yang baik dan ingin keluar dari zona keburukan di masa lalu, tindakan rasional yang dilakukan anak muda karena adanya tujuan-tujuan untuk dirinya sendiri.
Selain itu, anak muda yang terlibat dalam komunitas sosial karena ingin mengisi waktu luang mengambil keputusan tersebut karena ingin melakukan aksi kebaikan guna untuk mengisi waktu luang. Beberapa alasan pengambilan keputusan tersebut bisa terjadi karena anak muda melakukan tindakan rasional dengan tujuan ataupun maksud tertentu. Tindakan yang diambil sebagai upaya untuk memenuhi tujuan diri sendiri. Tindakan rasional yang diambil anak muda untuk terlibat dalam komunitas sosial tentunya memiliki tujuan yang berbeda sehingga menimbulkan alasan dalam pengambilan keputusan pun berbeda.
Dalam analisis ini melihat generasi millennial memaknai aksi amalnya dalam komunitas sosial di perkotaan. Keterlibatan anak muda dalam melakukan aksi sosial di dalam komunitas sosial yang dilakukan secara konsisten dan terus menerus menjadikan berkegiatan sosial merupakan sebuah kebutuhan bagi anak muda, sehingga generasi millennial memaknai aksi sosialnya dalam komunitas sosial merupakan sebuah kebutuhan untuk keseimbangan hidupnya. Anak muda menjadikan aksi sosial suatu hal yang prioritas bagi hidupnya dan untuk mengaktualisasikan dirinya. Generasi millennial merasa bahwa ketika tidak melakukan kegiatan sosial, anak muda merasa ada yang hilang dalam hidupnya.
Generasi millennial merasakan bahwa berkegiatan sosial merupakan hal yang sangat penting dalam hidupnya, karena melalui berkegiatan sosial anak muda mendapatkan banyak manfaat dan dampak yang signifikan bagi dirinya sendiri sekaligus sebagai bentuk penyeimbangan dalam kehidupannya. Adanya kepuasan dan pemenuhan kebutuhan ketika melakukan aksi sosial. Selain itu, dengan melakukan aksi sosial dapat sebagai penyeimbang bagi hidupnya, anak muda merasa bahwa dampak yang didapat untuk dirinya sendiri ketika terlibat dalam komunitas sosial dan melakukan aksi sosial lebih besar daripada dampak yang diberikan untuk lingkungan sosialnya.
Adapun anak muda yang terlibat dalam aksi sosial yang memaknai aksi sosialnya bukan sebagai bentuk kebutuhan maupun aktualisasi diri dalam hidupnya namun hanya sebagai wadah untuk pelarian bagi dirinya yang ingin terlepas dari kehidupan negatif di masa yang lalu, generasi millennial memaknai aksi sosialnya sebagai upaya untuk memperbaiki dirinya dan menghilangkan sifat negatif yang ada dalam dirinya dan mengganti dengan sifat positif. Selain itu adapun generasi millennial yang memaknai keterlibatannya dalam komunitas sosial hanya sekedar main-main atau keisengan namun manfaat yang didapat diluar dugaan. Hal tersebut berkaitan dengan teori konstruksi sosial yang menjelaskan bahwa proses eksternalisasi dalam konstruksi sosial akan menghasilkan aspek-aspek diluar diri setiap individu. Selain itu, teori konstruksi sosial juga menjelaskan bahwa masyarakat merupakan salah satu pembentuk bagi setiap individu. Adanya penilaian obyektif yang timbul dari masyarakat juga merupakan hasil dari proses eksternalisasi konstruksi sosial.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H