Latar Belakang
Rasisme merupakan isu yang tidak pernah berhenti dan akan selalu dialami oleh setiap kelompok ras di dunia. Rasisme adalah ketidaksetaraan sikap/perilaku yang didasarkan pada ras atau warna kulit seseorang. Perilaku rasisme ini terjadi karena adanya asumsi keterkaitan antara ras dengan kepribadian, kecerdasan, sikap, dan ciri lainnya.
Rasisme tidak terjadi begitu saja, terdapat penyebab seseorang atau suatu komunitas ras tertentu dapat memiliki stereotip atau pandangan negatif terhadap kelompok ras lain. Perspektif yang ditanamkan mengenai kelompok ras lain tidak hanya pada satu individu saja, namun sudah berakar dan dikonstruksikan bagi kelompok ras tertentu untuk memandang kelompok ras lain dengan pandangan tertentu. Seperti aksi penjajahan yang dilakukan oleh bangsa Eropa ke berbagai suku dilandasi oleh kepercayaan yang sudah ditanam sejak lama bahwa ras kulit putih adalah ras yang superior karena Tuhan memiliki ras kulit putih. Agama juga dijadikan sebagai landasan bagi aksi rasis dan perbudakan terhadap ras kulit berwarna.
Kini, sikap rasisme masih terjadi meskipun tidak dalam skala yang besar. Bahkan, terdapat peristiwa 'reverse racism' yang bermakna rasisme terhadap kaum mayoritas, dalam hal ini kaum kulit putih. Meskipun begitu, sikap rasisme terhadap siapapun tetap salah dan berdampak bagi ras atau negara manapun. Rasisme juga berpengaruh terhadap sistem politik internasional. Dalam kata lain, rasisme merupakan masalah yang mendalam dan menjadi mustahil untuk diberantas secara sepenuhnya karena sudah sistemik.
Rasisme, dan Masalah Pemberantasannya
Apa itu rasisme?
Rasisme atau rasialisme, dalam bahasa Inggris yakni racism yang berasal dari kata race atau ras, dapat diartikan sebagai suatu pemahaman yang dimana manusia terpisahkan berdasarkan ras dan warna kulit yang didasarkan pada kenyataan etnisitas biologis. Pemikiran rasisme ini cenderung berasumsi bahwa ada keterkaitan antara ras dengan kepribadian, kecerdasan, sikap, dan sebagainya (Smedley, 2023). Dalam kata lain, rasisme adalah adanya ketidaksetaraan perilaku yang didasarkan oleh warna kulit, suku, ras, serta asal-usul seseorang yang menjadikan adanya pelanggaran hak serta kebebasan seseorang. Isu rasisme ini telah terjadi sejak lama dan berdampak pada setiap kelompok ras di dunia.
Seiring dengan berkembangnya zaman, rasisme menjadi bervariasi bentuknya. Pertama, rasisme internal merajuk kepada pikiran, perasaan, dan tindakan dari dalam diri kita sendiri, secara sadar maupun tidak sadar, sebagai individu. Contohnya seperti mempercayai stereotip ras yang negatif atau bahkan menyangkal bahwa rasisme tidak ada. Kemudian, rasisme interpersonal adalah tindakan rasis dari individu/kelompok ke individu/kelompok lainnya dan dapat mempengaruhi interaksi publik mereka. Misalnya dengan melakukan perilaku negatif seperti diskriminasi, pelecehan serta menggunakan kata-kata rasis.
Dalam skala yang lebih besar, rasisme institusional pada umumnya terdapat dalam institusi, sistem politik, hukum, dan juga ekonomi yang secara langsung maupun tidak langsung menyuburkan diskriminasi dengan berdasarkan pada perbedaan ras. Hal ini menyebabkan adanya ketidaksetaraan pendidikan, pendapatan, kesehatan, hak-hak sipil, dan di bidang institusional lainnya. Misalnya, pada praktik perekrutan yang diskriminatif, tidak mendengarkan bahkan membungkam suara orang dengan ras tertentu di dalam ruangan rapat, atau mengutamakan sudut pandang kelompok ras yang dominan. Sedangkan, rasisme sistemik sudah melibatkan entitas atau institusi yang berwenang dalam menegakkan kebijakan perihal rasisme, baik yang berada di dalam bidang pendidikan, pemerintahan, kesehatan, perumahan, dan lainnya. Hal ini merupakan efek riak dari ratusan tahun praktik rasisme serta sikap diskriminatif yang masih berlangsung.
Asal mula terciptanya sikap rasisme
Terdapat beberapa latar belakang yang merupakan penyebab terjadinya perlakuan rasisme. Seperti pandangan melihat ras lain lebih rendah dan sikap serta pandangan bahwa rasnya lebih superior. Penyebab lainnya ada juga karena disebabkan paham masyarakat yang masih suka berstereotip serta berprasangka buruk mengenai suatu ras atau golongan tertentu. Contohnya seperti yang dilakukan oleh media di Amerika, penyudutan ras kulit hitam sering sekali terjadi dengan dimunculkannya pemberitaan yang berlebihan mengenai kriminalitas yang diperbuat oleh ras hitam tersebut seperti kekerasan, pengedaran narkoba, perampokan, serta berbagai macam perilaku negatif. Hal ini sengaja digiring untuk membentuk persepsi masyarakat Amerika mengenai perilaku negatif yang dilakukan oleh warga Amerika yang berkulit hitam.