Lihat ke Halaman Asli

Dewi Ailam

Seorang pengagum dunia seputar Al-Qur'an dan tafsirnya. Salam Literasi^^

Pesan Cinta yang Hangat

Diperbarui: 16 April 2021   09:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: pixabay

Hai perempuan, Apa kabar hari ini? Masih disibukkan berbagai pekerjaan? Atau beban pikiran yang tak kunjung menghilang? Jangan bilang tidak ada kekhawatiran, submisifmu sudah berlebihan. Ketidakjujuran pada diri sendiri akan terasa membebani bukan?

Aku ingin menjadikan ini sebagai pesan cinta yang hangat sekaligus terhormat, mengenai hidup yang menempa dengan cara dan warna yang berbeda, mengenai kekhawatiran dan ketakutan yang melanda, mengenai cinta dan kasih yang bersedia menjadi pelita.

Teruntuk kita perempuan, yang masih menjadi seorang putri, atau telah berstatus istri, yang baru saja menyusui, atau sudah membesarkan putra-putri, terimakasih telah bertahan, mengerahkan segala kekuatan.

Teruntuk engkau laki-laki, yang masih menjadi seorang putra, atau telah menjadi suami, yang baru saja berstatus ayah, atau sudah mendidik putra-putri, terimakasih telah hadir mewarnai bumi pertiwi.

Mengharap permasalahan selesai dengan sendirinya, menghindar dan melampiaskan ke hal lain adalah bentuk kewajaran. Padahal kita sadar betul bahwa setiap permasalahan harus dihadapi, sesulit dan sepahit apapun itu. Layaknya luka yang terbuka, semakin dibiarkan akan semakin terasa sakitnya.

Ini bukan hanya mengenai usia yang lebih tua, atau siapa yang memiliki lebih banyak pengalaman. Tetapi, mengenai menjadi bijak terhadap diri sendiri. Menasehati bijak kepada orang lain mungkin adalah hal yang mudah. Maka, kenapa tidak dijadikan mudah juga di hadapan diri sendiri?

Pesan ini juga pun berlaku untuk diriku, mengenai sudahkah menghargai orang lain dan lebih mendengarkan, sudahkah memeluk diri sendiri dan mengapresiasi, sudahkah mengakui kesalahan dan membenahi, dan juga telah berhasilkah membaca dan menganalisa keseharian dengan baik.

Kita semua memang tidaklah sempuna jika berdiri sendiri-sendiri. Itulah kenapa ada perempuan dan laki-laki, suami dan istri, anak dan orangtua, dan segala hal kompleks lainnya. Kita diciptakan untuk saling menyempurnakan. Masing-masing tidak mungkin berdaya tanpa adanya bantuan dari pihak sana-sini.

Kemudian, keharmonisan keluarga hanya dapat tercapai ketika laki-laki dan perempuan saling kolaborasi. Bukan kompetisi apalagi benar sendiri. Mari sepakati bahwa dengan saling terlibat, membuka kesempatan untuk belajar lebih baik dalam pengembangan diri sekaligus pendidikan putra-putri. Memaafkan memang bukan hal mudah, namun masa depan haruslah cerah. Maka, memaafkan bukan lagi pilihan. Itulah satu-satunya jalan.

Memaafkan seringkali disamakan dengan pengkhianatan. Bagaimana mungkin melupakan sakitnya hati atas kesalahan seseorang? Memaafkan seringkali dianggap bertentangan dengan keadilan. Bukankah wajar membalas penderitaan disebabkan seseorang? Memaafkan memang tidak bisa dipaksakan, apalagi dilupakan. Memaafkan adalah bentuk memberikan kesempatan, menghentikan penyesalan. Saat kita perlahan-lahan berhasil memberi maaf, kita akan merasa menjadi lebih bebas dan berkuranglah beban pikiran.  --Najeela Shihab




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline