Lihat ke Halaman Asli

Dewi Ailam

Seorang pengagum dunia seputar Al-Qur'an dan tafsirnya. Salam Literasi^^

Bagaimanapun, Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin (Part 1)

Diperbarui: 31 Maret 2021   00:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto Pribadi

Kisah ini tentang asa yang ditemani duka, tentang tawa yang diiringi tangis, tentang luka yang disebabkan kecewa. Dibalik waktu yang tak kembali, detik yang terus berdetak dan takdir yang berkelanjutan.

Barangkali tak dapat mewakili semua perempuan, hanya memberi pengetahuan bagi mereka yang singgah, tapi tak sungguh.

Diluar hujan, cukup deras untuk ukuran diterabas. Dengan berbagai polemik yang ada, menjadikanku betah, berlama-lama. Kali ini, aku ingin bercerita tentangnya, tentang momen bersamanya yang mengisi hatiku kala itu. Membuka kembali lembaran lama tanpa luka.

[Awal tahun]

Baru dua minggu ini kita saling mengenal. Dan itu, benar-benar waktu yang singkat. Bagaimana kita kedepannya? Entahlah, yang pasti bagaimanapun itu. Kuharap selalu membawa kita ke arah yang lebih baik yaa. Seperti katamu, Hayu ngedaki bareng, mari berproses bersama. Saling mengenal dan membiarkannya mengalir.

[1 bulan kemudian]

aku ga nyangka bakal bisa sedekat ini. Aku juga heran sama diri sendiri, Dari sekian banyaknya cowok yang ngedeketin, baru kamu yang menggoyahkan hatiku. Apalagi saat kamu berkata ini padaku:

kamu tau ga, hal apa yang paling membedakan antara kamu dan wanita lain yang pernah singgah di hatiku sebelumnya? Rasa nyaman dan keterbukaan. Kamu satu-satunya yang bisa bikin aku jatuh cinta sepenuhnya dipertemuan awal kita. Kamu satu-satunya yang bikin aku langsung ngerasa nyaman waktu ada didekatmu. Kamu satu-satunya yang bikin aku merasa, jadi lelaki teristimewa yang bersyukur dicintai kamu. Kamu itu, tak terungkapkan deh. Semoga kita memang ditakdirkan berjodoh yaa. (hatiku berdegub meng-amin-kannya)

[Februari]

Sepagi ini aku terfikirkan dirimu. Dan berfikir bagaimana caraku memantaskan diri, dari berbagai sisi. Tentang bahasan kita mengenai masa depan; masa lalu; impian; harapan; juga pengalaman. Dan, kita kedepannya. Untuk itu, semoga semesta mengaminkan do’a kita ya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline