Lihat ke Halaman Asli

[Puisi Kartini] Perempuan Ini Bukan Kartini

Diperbarui: 23 Juni 2015   23:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kerut keriput mata berkedut muka menirus

Duduk selonjor bersandar bangku berteman sendu

Bibir memerah gigi berselang celoteh tergerus

Angan mengembara ke awang-awang di lintas lalu

Berat beban pundak memanggul hati memikul

Separuh jiwa tinggalkan diri menemu mati di sepertiga diari

Mata-mata bening bersorot lugu berlaku gagu

Tiada guna bertopang dagu berkemelut rindu berseteru ragu

Hidup masihlah berlaku asap dapur mustilah mengepul

Tabahkan nurani kuadratkan nyali

Tengoklah kini generasi : berkerumun menimbun harta karun

Perempuan berjibaku meluruh peluh memerah keluh

“Kanak-kanak, hendaklah bersepaham dengan apa kata Emak ini.”

Emak ini perempuan masa kini berpunya profesi bercitra diri menjulang tinggi

Tak hendaklah Emak berpangku tangan menumpuk jenuh


Emak bercita : menyalin rupa emansipasi era ini

Betulkah Kartini berprofesi penuh gengsi berharga mati?

Ah, maka perempuan renta ini tlah mati berkali-kali

Ia cuma perempuan desa berstatus janda

Berperih lara berkayuh asa menjumput bahagia,

atas titah Sang Pencipta di alam raya

Bangga membuncah lega menggejala di titian hati

Meski kini kanak-kanak tlah lupa diri

Mengucilkan ia dalam senyap sendiri menanti sang mati

Untuk membaca karya peserta lain silahkan menuju akun Fiksiana Community dengan judul : Inilah Perhelatan & Hasil Karya Peserta Puisi Kartini. link: http://www.kompasiana.com/androgini

Silahkan bergabung di FB Fiksiana Community. link: https://www.facebook.com/groups/175201439229892/




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline