Lihat ke Halaman Asli

aididabelyu

Seseorang yang terlalu biasa

Kontrakan Haji Goni

Diperbarui: 4 Juli 2019   13:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Haji Goni marah-marah lagi. Kali ini, seorang pemuda tertikam kalimatnya yang tajam. Matanya jalang. Urat-uratnya muncul di sela-sela pelipisnya yang basah karena keringat.

"Lu kencing jangan sembarangan! Ini bukan WC umum!"

"Maaf, Aji. Tadi saya kebelet," Dani menunduk. Jari-jarinya basah.

"Elu tahu, ini kamar mandi fasilitas buat orang yang tinggal di kontrakan gue. Bukan buat elu!"

"Makanya elu ngontrak aja di sini. Tuh kamar yang pojokan kosong," lanjut Haji Goni, jarinya menunjuk kamar yang dimaksud.

"Anu, Aji. Sebenarnya saya itu ...anu ...," ujar Dani terbata-bata sambil mengusap-usap tengkuknya.

"Eh, ada Nak Dani. Kok ga bilang-bilang kalau mau kemari?" tanya wanita paruh baya dengan daster motif abstrak.

"Elu kenal dia, Mah?"

"Kenal lah, Bang. Kan dia calon mantu aye. Calon lakinya Rika," ujar Fatimah sambil menarik tangan Dani agar segera masuk ke kontrakannya.

"Nah, mumpung elu lagi nongol. Gue minta uang kontrakan elu. Elu udah nunggak dua bulan," cerocos Haji Goni mengambil kesempatan untuk menagih uang kontrakan.

Setiap awal bulan Haji Goni berkeliling menagih uang kontrakan ke para penyewa. Tidak banyak kamar yang ia kontrakan, hanya lima kamar. Selain itu, ia juga menyewakan opelet. Jumlahnya juga lima.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline