Lihat ke Halaman Asli

Aidhil Pratama

TERVERIFIKASI

ASN | Narablog

Dampak Cancel Culture di Indonesia, Antara Kontrol dan Persekusi

Diperbarui: 10 Februari 2025   03:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi cancel culture. (Freepik/benzoix via Kompas.com)

Cancel culture di Indonesia nyata dengan dampak luas, dari hukuman sosial hingga ancaman hukum bagi individu.

Beberapa tahun terakhir, istilah cancel culture semakin sering kita dengar, terutama di media sosial. 

Fenomena ini menggambarkan situasi di mana seseorang, biasanya public figure, mendapatkan kecaman besar-besaran atas pernyataan atau tindakannya yang dianggap melanggar norma sosial. 

Kecaman ini bisa berwujud pada boikot, pemutusan kontrak kerja sama, sampai penghapusan seseorang dari ruang publik, baik secara sosial maupun profesional.  

Lantas, apakah cancel culture benar-benar terjadi di Indonesia? 

Jika iya, bagaimana dampaknya terhadap individu dan industri kreatif? Lalu bagaimana kita bisa mengantisipasi efek negatifnya?  

1. Kalcer Lama, Nama Baru  

Di Indonesia, cancel culture sebenarnya sudah lama dipraktekkan warga nusantara. Tindakan boikot sosial kepada individu atau kelompok yang dianggap menyimpang dari norma, eksis dalam berbagai bentuk dan istilah. 

Mulai dari pelabelan negatif, pengasingan, diusir dari kampung, sampai yang ekstrem, dihapus dari marga keluarga.  

Namun, media sosial mempercepat dan memperbesar dampaknya.  

Melansir VOA Indonesia, istilah cancel culture sendiri mulai populer di Indonesia sejak Agustus 2019, terutama di Jawa. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline