Kasus di Palembang mengungkap bahaya pengasuhan berlebihan yang menghalangi perkembangan kemandirian dan ketahanan mental anak.
Pada tanggal 16 Desember 2024, sebuah insiden di Palembang mengguncang dunia pendidikan kedokteran.
Lina Dedy, seorang ibu yang sayang anaknya, Lady---seorang dokter muda---terlibat dalam perselisihan dengan ketua kelompok koas, Luthfi.
Protes Lady terkait dengan jadwal jaga yang bentrok dengan malam tahun baru memicu ketegangan yang berujung pada tindakan kekerasan oleh sopir Lina.
Insiden ini menyoroti fenomena yang semakin berkembang di masyarakat kita, yaitu pola pengasuhan yang terlalu memanjakan anak, yang sering disebut dengan istilah strawberry parenting.
Apakah kita sudah benar-benar memahami dampak dari pola pengasuhan ini? Apakah sebagai orang tua, kita terlalu melindungi anak-anak kita dari kenyataan hidup yang sebenarnya?
Fenomena Strawberry Parenting, Antara Kasih Sayang dan Kelemahan Karakter
Istilah strawberry parenting merujuk pada gaya pengasuhan yang berlebihan, di mana orang tua terlalu melindungi dan memenuhi semua kebutuhan anak tanpa memberi kesempatan pada anak untuk menghadapi kesulitan atau kegagalan.
Anak-anak yang dibesarkan dengan pola pengasuhan ini sering kali menjadi pribadi yang rapuh, seperti buah strawberry yang lembek dan mudah rusak.
Generasi ini, yang lahir dan dibesarkan dalam kenyamanan dan kemudahan, cenderung kurang memiliki ketahanan mental dan kesiapan untuk menghadapi tantangan kehidupan yang sesungguhnya.
Kasus yang melibatkan Lina Dedy dan Lady adalah contoh nyata bagaimana pola pengasuhan yang terlalu permisif bisa berbahaya.