Lihat ke Halaman Asli

Aidhil Pratama

TERVERIFIKASI

ASN | Narablog

Tinggal di Pinggiran, Capek di Jalan, Jompo Duluan

Diperbarui: 17 Desember 2024   14:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penumpang berdesakan di dalam kereta rel listrik (KRL) commuter line yang berhenti di Stasiun Manggarai (KOMPAS/ADRYAN YOGA PARAMADWYA) 

Kemacetan dan perjalanan panjang menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat kelas menengah Indonesia. 

Mereka rata-rata tinggal di kota-kota satelit seperti Depok, Bekasi, Tangerang, dan Bogor. 

Setiap hari, para pekerja dan mahasiswa menghabiskan waktu berjam-jam di jalan, menghadapi kemacetan yang tak kunjung reda. 

Akibatnya, banyak dari mereka yang merasakan dampak buruk pada kesehatan fisik dan mental, yang dikenal dengan fenomena remaja jompo

Ini adalah sebutan untuk orang-orang muda yang merasa tubuh mereka sudah uzur akibat kelelahan fisik dan mental yang disebabkan oleh perjalanan panjang. 

Fenomena ini mencerminkan masalah yang lebih besar, yakni dampak dari mobilitas tinggi terhadap kualitas hidup.

Fenomena Nyata Dampak Kelelahan Fisik dan Mental

Fenomena remaja jompo tak hanya sebuah istilah yang lucu, tapi juga menjadi realitas yang dirasakan oleh banyak orang. 

Menurut penelitian oleh FEB UGM, waktu perjalanan yang lebih dari satu jam dapat meningkatkan risiko depresi pada pekerja dan mahasiswa yang tinggal di kota satelit. 

Hal ini menunjukkan bahwa perjalanan panjang yang melelahkan tidak hanya berdampak pada kondisi fisik seseorang, tetapi juga kesehatan mental. 

Waktu tempuh yang lama mengurangi kesempatan untuk beristirahat dengan baik atau melakukan aktivitas yang menyehatkan, seperti olahraga, yang akhirnya memicu kelelahan mental yang berujung pada depresi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline