Pekerja migran Lombok, berjuang mengirim remittance, sementara menghadapi eksploitasi di sektor sawit Malaysia.
Nasrudin, seorang pekerja migran asal Lombok, kini tengah berjuang di Malaysia, mengais rezeki sebagai pemetik buah sawit.
Seperti banyak pekerja migran lainnya, ia mengirimkan uang hasil jerih payahnya ke keluarga yang ada di Lombok, dengan harapan anak-anaknya kelak bisa memperoleh kehidupan yang lebih baik.
Meski gaji yang diterimanya lebih besar dibandingkan dengan pendapatan yang bisa didapatkan di tanah kelahirannya, Nasrudin, bersama ribuan pekerja migran lainnya, tetap merindukan tanah air mereka.
Mereka memiliki impian untuk kembali setelah anak-anak mereka sukses dan mendapatkan pekerjaan yang layak.
Namun, di balik harapan tersebut, ada banyak tantangan yang mereka hadapi.
Ketergantungan Ekonomi Nusa Tenggara Barat pada Remittance
Pekerja migran asal Lombok, seperti Nasrudin, bukan sekadar mencari penghidupan untuk diri mereka sendiri, tetapi juga untuk keluarga mereka yang ada di tanah air.
Remittance atau uang kiriman yang mereka kirimkan ke keluarga di Indonesia menjadi penopang utama ekonomi banyak rumah tangga di Nusa Tenggara Barat (NTB).
Remittance ini, meski memberi dampak positif dalam membantu ekonomi keluarga, menunjukkan ketergantungan yang besar terhadap pekerjaan di luar negeri.
Menurut data yang disajikan oleh BuruhMigran.or.id dan AntaraNews, mayoritas pekerja migran asal Nusa Tenggara Barat bekerja di sektor perkebunan sawit Malaysia.