Fenomena brain drain kini semakin mengkhawatirkan bagi Indonesia, terutama ketika talenta unggul memilih bersekolah dan bekerja di Singapura.
Negara tetangga ini menawarkan beasiswa dan peluang karier yang lebih menjanjikan, menciptakan dilema bagi Indonesia.
Bagaimana Indonesia bisa menghadapi tantangan ini dan mencegah hilangnya talenta terbaik yang seharusnya dapat berkontribusi di tanah air?
Fenomena Brain Drain dan Singapura
Jika Anda mengikuti berita tentang pendidikan dan karier di Indonesia, fenomena anak muda berbakat yang memilih Singapura sebagai tujuan belajar dan bekerja mungkin bukan hal baru.
Setiap tahun, semakin banyak talenta unggul, khususnya alumni Olimpiade Sains Indonesia, tergoda tawaran beasiswa Singapura.
Seperti yang dilaporkan Kompas (2024), beasiswa ini kerap disertai kewajiban bekerja di sana setelah lulus.
Singapura, yang dikenal dengan sistem meritokrasinya, menawarkan lingkungan yang menghargai prestasi dan kemampuan, membuat talenta Indonesia merasa lebih dihargai.
Namun, di balik sistem pendidikan canggih dan peluang karier terbuka ini, ada persoalan besar yang menghadang Indonesia.
Fenomena brain drain, atau perpindahan sumber daya manusia unggul ke luar negeri, semakin menggerogoti potensi bangsa.
Techinasia (2024) melaporkan, 81% tenaga kerja di bidang teknologi dan digitalisasi di Indonesia, seperti data science dan AI, mengaku tertarik bekerja di luar negeri.