Kelas menengah kini mulai terancam, berada di ambang ketidakpastian. Berbagai faktor, dari inflasi yang diperkirakan mencapai 2,5% di tahun 2025 hingga lonjakan harga yang tak terelakkan, semakin membebani kehidupan.
Biaya hidup semakin tinggi, ditambah ancaman PHK dan kebijakan pemerintah yang memperburuk situasi, seperti kenaikan PPN yang sudah nyata. Semua ini menimbulkan pertanyaan: bagaimana kelas menengah bisa bertahan?
Di tengah kekhawatiran ini, satu hal yang sering terabaikan namun sangat vital adalah dana darurat.
Banyak yang merasa hidup masih aman, namun ketidakpastian ekonomi yang mengintai harus menyadarkan kita.
Dana darurat bukan lagi sekadar pilihan, melainkan kebutuhan mendesak yang harus dipersiapkan dengan bijaksana.
Mengapa Dana Darurat Itu Penting?
Dana darurat, sebagaimana pengertiannya, adalah sejumlah uang yang disiapkan untuk keadaan darurat, misalnya kehilangan pekerjaan atau biaya tak terduga lainnya.
Berdasarkan CNBC Indonesia, dana darurat yang ideal adalah 3-6 bulan pengeluaran bagi individu lajang, dan 6-12 bulan bagi keluarga.
Ini penting untuk memastikan bahwa kita tidak terjebak dalam utang ketika keadaan sulit datang.
Tentu saja, banyak dari kita yang merasa bahwa saat ini belum waktunya untuk menyiapkan dana darurat.
Ada anggapan bahwa "untuk apa menabung jika hidup masih terbilang cukup?".
Namun kenyataannya adalah, ketika inflasi semakin tinggi dan biaya hidup meningkat, dana darurat menjadi garis pertahanan pertama agar kita tidak terjerumus dalam masalah keuangan yang lebih besar.