Ketika saya mendengar Donald Trump kembali memenangkan pemilu Amerika Serikat tahun 2024, saya merasa déjà vu. Rasanya seperti kita pernah melihat cerita ini sebelumnya. Trump, dengan segala kontroversinya, lagi-lagi berhasil merebut hati rakyat Amerika. Tapi, apa yang sebenarnya terjadi di balik layar? Apakah ini hanya soal janji-janji politik yang manis, atau ada kekuatan besar lain yang bermain di balik kemenangan ini?
Saya merasa ada pola yang menarik di sini. Kemenangan Trump bukan hanya soal retorika populisnya yang berhasil menggugah emosi kelas menengah bawah. Lebih dari itu, kemenangan ini adalah bukti nyata bagaimana oligarki (sekelompok kecil orang kaya yang punya pengaruh besar) berperan penting dalam menentukan hasil pemilu.
Oligarki dan Demokrasi: Siapa yang Sebenarnya Berkuasa?
Menurut data dari Federal Reserve, 10% rumah tangga terkaya di Amerika menguasai hampir 70% kekayaan nasional.
Bayangkan saja, segelintir orang memiliki kekayaan yang begitu besar sehingga mereka bisa mempengaruhi kebijakan publik dan bahkan hasil pemilu.
Salah satu contoh paling mencolok adalah Elon Musk, miliarder yang secara terbuka mendukung Trump dan bahkan diusulkan untuk memimpin Departemen Efisiensi Pemerintah. Ini bukan sekadar dukungan biasa, ada kepentingan bisnis besar di baliknya.
Musk dan para oligarki lainnya tidak hanya mendukung Trump karena kesamaan visi atau ideologi. Mereka mendukung karena tahu bahwa dengan Trump di kursi kepresidenan, kepentingan bisnis mereka akan lebih terlindungi.
SpaceX, perusahaan milik Musk, misalnya, telah menerima banyak kontrak pemerintah selama masa jabatan pertama Trump. Jadi, ketika Musk mendukung Trump lagi di pemilu 2024, kita bisa melihat jelas bahwa ini bukan soal politik semata. ini soal bisnis.
Apakah Indonesia Berbeda?
Sayangnya, Indonesia tidak berbeda. Pemilu 2024 di Indonesia juga menunjukkan dominasi oligarki yang serupa.
Prabowo Subianto memenangkan pemilu dengan dukungan dari jaringan oligarki yang kuat. Mantan presiden Joko Widodo dan para pengusaha besar di sektor pertambangan berada di belakangnya.
Sama seperti di Amerika, politik Indonesia juga dikuasai oleh segelintir elit yang punya kekayaan dan pengaruh besar.
Yang lebih mengkhawatirkan adalah bagaimana ruang digital kita juga dimanipulasi oleh para oligarki ini.