Topik pendidikan nasional dan permasalahannya, selalu bikin pikiran kita tergelitik. Dari dulu sampai sekarang, selalu saja ada diskusi yang hangat.
Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah merencanakan untuk mengkaji ulang kebijakan Ujian Nasional (UN). Mereka mempertimbangkan kemungkinan mengembalikan UN.
Tapi, bagi saya, ide ini mengundang lebih banyak tanya daripada jawab.
Apakah ini solusi yang benar-benar kita butuhkan? Ataukah ini hanya akan membawa kita kembali pada masalah-masalah lama yang sudah sempat kita atasi?
Mari kita lihat, kenapa mengembalikan UN mungkin bukanlah langkah terbaik.
Beban Psikologis dan Dampak Negatif pada Siswa
Pertama-tama, kita perlu bicara soal dampak UN terhadap psikologis siswa.
Kita tidak bisa pungkiri, UN pernah menjadi sumber stres yang luar biasa bagi banyak siswa.
Bayangkan saja, anak-anak kita harus memikul beban kelulusan di atas pundak mereka melalui satu ujian besar.
Apa akibatnya? Tekanan ini kadang membuat mereka lupa pada hal-hal penting lainnya, seperti belajar memahami, bukan sekadar menghafal.
Dulu, ketika UN menjadi standar kelulusan, kita melihat sendiri bagaimana praktik kecurangan muncul di sana-sini.
Dari jual beli kunci jawaban oleh banyak oknum yang disinyalir mafia, hingga lembaga bimbingan belajar yang muncul demi memastikan kelulusan.