Lihat ke Halaman Asli

Aidhil Pratama

TERVERIFIKASI

ASN | Narablog

Usia 40, di Mata Milenial yang Menolak Tua

Diperbarui: 7 November 2024   09:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi merenung (Photo by Juan Rumimpunu on Unsplash)

Masa muda kita, sering melukiskan masa depan dengan warna cerah. 

Hingga realita usia datang, menyodorkan lukisan hidup yang ternyata dominan abu-abu. 

Bagi milenial seperti saya, usia 40 terasa seperti novel yang tiba-tiba berhenti di tengah cerita, memaksa kita menulis sebuah babak baru, dengan tinta dari pengalaman dan kekecewaan hidup. 

Usia ini, yang dulu jadi simbol paruh baya, kini bergeser maknanya. 

Tak lagi sekadar tanda stabilitas, usia 40 menjadi babak baru yang penuh tantangan dan peluang. 

Apakah lebih mudah? Saya tidak tahu. 

Tapi lewat tulisan ini, kita akan memahami bagaimana milenial mendobrak ekspektasi lama, menata ulang kebahagiaan, dan menghadapi hidup dengan cara yang lebih personal.

Antara Beban dan Peluang  

Menurut Business Insider (2024), pergeseran sosial dan ekonomi telah mengubah cara milenial memasuki usia 40 secara global. 

Banyak dari mereka masih berada di tahap awal pencapaian hidup, semisal membesarkan anak yang masih kecil, membeli rumah pertama, atau bahkan baru mulai memikirkan tabungan pensiun. 

Berbeda dengan generasi sebelumnya yang sering kali sudah mapan di usia ini. 

Milenial menghadapi kenyataan bahwa perjalanan hidup mereka lebih lambat.  

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline