Bagi banyak orang Indonesia, Selat Taiwan mungkin terdengar jauh dan tidak terlalu relevan. Tapi, apa yang terjadi di sana belakangan ini sebenarnya punya dampak besar, bahkan hingga ke negara kita.
Pada 14 Oktober 2024, China kembali menggelar latihan militer besar-besaran yang mengepung Taiwan di sembilan titik strategis. Ini bukan latihan biasa.
Latihan ini adalah cara China menunjukkan kekuatannya, khususnya setelah Presiden Taiwan William Lai Ching-te menyatakan bahwa China tidak punya hak untuk mewakili Taiwan.
Latihan militer ini memicu banyak pertanyaan tentang apa dampaknya bagi kawasan dan dunia, terutama soal ekonomi. Apakah ini hanya persoalan antara Taiwan dan China, atau ada dampak yang lebih luas?
Mari kita coba pahami lebih dalam dari sudut pandang Indonesia.
Ketegangan di Taiwan: Bukan Sekedar Konflik Wilayah
Latihan militer besar yang dilakukan China ini memang menjadi sorotan dunia. Bukan hanya karena skala besar latihan ini yang melibatkan 125 pesawat tempur, kapal induk, dan berbagai alat perang lainnya, tapi juga karena dampaknya yang lebih luas.
Menurut laporan dari Global Taiwan Institute, latihan-latihan militer China ini kerap kali terjadi, terutama sebagai respons terhadap pernyataan-pernyataan politik yang dianggap menantang klaim China atas Taiwan.
Sejak Taiwan memilih jalur pro-kemerdekaan dengan Presiden dari Partai Progresif Demokrat (DPP), ketegangan ini terus memanas.
Bagi China, latihan ini adalah cara untuk menegaskan klaim mereka atas Taiwan, sekaligus mengirim pesan kepada negara-negara lain seperti Amerika Serikat yang mendukung Taiwan.
Tetapi, dampaknya tentu dirasakan oleh seluruh kawasan, termasuk Indonesia. Latihan ini menimbulkan kekhawatiran akan eskalasi yang bisa mempengaruhi stabilitas kawasan Indo-Pasifik.
Mengapa Ketegangan Ini Terus Terjadi?
Ketegangan di Selat Taiwan bukanlah hal baru. Selama beberapa dekade, wilayah ini selalu menjadi pusat perhatian dunia karena persaingan antara China dan Amerika Serikat.