Lihat ke Halaman Asli

Aidhil Pratama

ASN | Narablog

Jalan Sunyi Menuju Kebahagiaan Sejati di Era Digital

Diperbarui: 2 Oktober 2024   19:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi remaja yang menggunakan media sosial (freepik.com) 

Di era digital yang serba terhubung ini, banyak orang menganggap terkenal itu tanda sukses. 

Tapi ada hal aneh yang jarang dibicarakan: makin terkenal, makin susah bebas.

Ini membuat kita berpikir, apa mungkin justru tidak terkenal bisa membuat kita lebih bebas?

Coba lihat sekeliling kita. Banyak orang sibuk cari like dan pengikut di media sosial. 

Tapi apa yang sebenarnya kita cari? Apakah kita cuma ingin dipuji orang lain? Atau kita ingin bebas jadi diri sendiri?

Popularitas: penjara emas di dunia maya

Menurut Data Revolt Agency, tren media sosial tahun 2023 menunjukkan pergeseran yang menarik. 

Orang-orang mulai mencari konten yang lebih personal dan otentik, bukan lagi pesan pemasaran yang kaku. 

Ini artinya, ada kerinduan akan keotentikan di tengah lautan informasi yang membanjiri kita setiap hari.

Namun, ironinya, semakin populer seseorang di media sosial, semakin besar tekanan untuk terus "menghibur" pengikutnya.

Bayangkan harus selalu memikirkan konten apa yang akan diposting besok, bagaimana cara agar tetap relevan, atau bagaimana menghindari kontroversi yang bisa menghancurkan reputasi dalam sekejap. 

Bukankah itu terdengar melelahkan?

Ketidakpopuleran: ruang untuk tumbuh dan berkembang

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline