Lihat ke Halaman Asli

Aidhil Pratama

ASN | Narablog sejak 2010

Dari Warkop ke Rujab: Surat Rakyat untuk Calon Pemimpin Sulsel

Diperbarui: 27 September 2024   16:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Potret dua kandidat Gubernur Sulawesi Selatan Danny Pomanto dan Andi Sudirman Sulaiman. (Tribun-Timur.com) 

Assalamu'alaikum, Pak Danny, Pak Azhar, Pak Andi Sudirman dan Bu Fatma yang terhormat.

Izinkan saya, seorang rakyat biasa, menulis surat terbuka kepada Anda berempat. Bukan karena saya orang penting, tapi karena sebagai rakyat, saya merasa penting untuk didengar.

Seperti kata pepatah Bugis, "Aja' mumaté naturungengngi alému", - jangan mati sebelum berusaha. Nah, anggap saja surat ini usaha saya sebelum mati penasaran melihat Sulawesi Selatan yang lebih baik.

Sore ini, sambil menikmati secangkir kopi susu di warkop langganan, saya membaca berita tentang pengundian nomor urut Pilgub Sulsel 2024. Eh, ternyata bukan cuma saya yang tertarik. Pak Jufri, pegawai warkop yang biasa nongkrong di dekat saya, tiba-tiba nyeletuk, "Weh, nomor satu atau dua sama ji, sama-sama tidak bikin kenyang!"

Saya tersenyum kecut. Benar juga. Selama ini, pertumbuhan ekonomi Sulsel memang di atas rata-rata nasional. Tapi seperti kata pepatah Makassar, "Punna sunggu empoannu, sannammi katalassannu, urangi tongi tunaya na to kasiasia", jikalau sudah senang dan bahagia hidupmu ingatlah kepada orang tak beruntung.

Data BPS Sulawesi Selatan menunjukkan bahwa hingga Februari 2022, jumlah penduduk yang bekerja di provinsi ini mencapai 3,91 juta orang. Namun, di balik angka tersebut tersembunyi realitas yang memprihatinkan.

Menurut BPJAMSOSTEK Wilayah Sulawesi dan Maluku, sekitar 1,6 juta pekerja di Sulsel belum terlindungi program jaminan sosial ketenagakerjaan. Ini berarti lebih dari setengah pekerja di Sulsel masih hidup dalam ketidakpastian, tanpa jaring pengaman sosial yang memadai.

Situasi ini semakin menegaskan bahwa kemajuan ekonomi yang kita banggakan belum sepenuhnya menyentuh mereka yang paling membutuhkan. Banyak dari kami masih berjuang di sektor informal, hidup dari hari ke hari seperti ayam mencari makan.

Bicara soal ayam, saya jadi teringat jalanan di Makassar yang kadang macetnya seperti kandang ayam kejepit. Iya, kami apresiasi pembangunan jalur kereta api Makassar-Parepare. Kami kagumi adanya fly-over Pettarani yang sampai 2 susun itu.

Tapi jangan sampai pembangunan ini seperti "bajik birittana tasambajik rupanna gauka", - kelihatan bagus dari luar, tapi di dalam masih banyak yang perlu dibenahi.

Selama tahun 2024, berita tentang kemacetan dan kondisi infrastruktur jalan di Makassar sering muncul di headline nasional dan media sosial. Janji untuk membenahi transportasi sepertinya belum terealisasi dengan baik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline