Masih ingatkah Anda dengan suara merdu penyiar radio yang menemani pagi hingga malam hari kita di era 80-90an? Ah, nostalgia yang manis sekaligus menyesakkan.
Radio, benda ajaib berbentuk kotak yang dulu menjadi primadona di setiap rumah, kini seolah terlupakan. Namun, perannya sebagai sumber hiburan utama di masa lalu tak bisa kita abaikan begitu saja.
Mari kita bernostalgia sejenak. Bayangkan suasana pagi hari di rumah-rumah Indonesia era 80-90an.
Aroma kopi dan nasi goreng bercampur dengan suara radio yang mengalunkan lagu-lagu hits. Ibu-ibu sibuk di dapur sambil bersenandung mengikuti lagu yang diputar. Bapak-bapak membaca koran ditemani berita pagi dari radio kesayangan. Anak-anak bersiap ke sekolah sambil mendengarkan kuis pagi yang seru.
Radio menjadi teman setia di setiap momen.
Tapi mengapa radio begitu istimewa kala itu? Jawabannya sederhana: aksesibilitas dan variasi konten.
Di era di mana televisi masih menjadi barang mewah, radio hadir sebagai alternatif hiburan yang terjangkau. Dengan harga yang relatif murah, setiap keluarga bisa memiliki "kotak ajaib" ini di rumah mereka.
Tak heran jika penetrasi radio di Indonesia mencapai puncaknya pada era tersebut.
Radio bukan sekadar alat pemutar musik. Ia adalah jendela dunia bagi masyarakat Indonesia.
Dari berita, sandiwara radio, hingga acara musik, semua bisa didapatkan hanya dengan memutar tombol frekuensi. Program-program seperti "Top Hits Pop Indonesia" (THPI) di Radio Ganesha Bandung menjadi favorit pendengar.
Acara tangga lagu semacam ini sangat populer di kalangan anak muda. Bayangkan betapa berartinya hal ini di masa ketika hiburan masih terbatas. Radio menjadi sumber informasi dan hiburan yang tak tergantikan.