Lihat ke Halaman Asli

Aidhil Pratama

TERVERIFIKASI

ASN | Narablog

Jalan Terjal Pemuda Timur: Tantangan dan Harapan Ekonomi

Diperbarui: 14 Agustus 2024   18:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi jalan terjal kewirausahaan muda di Indonesia timur. (Sumber: Diolah menggunakan DallE)

Akses kewirausahaan bagi pemuda di Indonesia timur menjadi sorotan penting dalam diskusi ekonomi nasional. Potensi besar di wilayah ini sering kali tersandung oleh berbagai kendala. 

Bagaimana caranya memanfaatkan sumber daya lokal agar wirausaha muda bisa berkembang? Artikel ini mencoba menjawab pertanyaan tersebut dengan merujuk pada penelitian terbaru.

Sebuah studi oleh Suryani dan Pratama (2022) menemukan bahwa sektor perikanan, pariwisata, dan pertanian di Maluku memiliki potensi besar. Namun, masalah seperti keterbatasan modal dan infrastruktur menjadi penghalang. 

Mereka merekomendasikan adanya program pendampingan yang melibatkan pemerintah, swasta, dan akademisi. Pendekatan ini bisa menjadi contoh bagi daerah lain di Indonesia timur.

Widodo dan Nugroho (2023) mengusulkan model pengembangan wirausaha muda berbasis potensi lokal. Model ini mencakup identifikasi potensi, pelatihan, pendampingan bisnis, dan akses pasar. Sudah diuji di NTT dan Papua dengan hasil positif. Pendekatan ini menekankan pentingnya memanfaatkan kekuatan lokal untuk pertumbuhan ekonomi.

Teknologi digital juga berperan penting. Firdaus dan Sari (2021) menunjukkan bahwa e-commerce dan media sosial dapat membuka akses pasar bagi wirausaha muda. Namun, kendala infrastruktur dan literasi digital masih menjadi tantangan. Oleh karena itu, pelatihan digital yang terintegrasi sangat diperlukan.

Di Papua, Koibur dan Wambrauw (2020) menekankan pentingnya pemberdayaan ekonomi berbasis kearifan lokal. Integrasi nilai adat dalam bisnis modern bisa mendorong pertumbuhan wirausaha muda. Pendekatan kolaboratif dengan komunitas adat menjadi elemen penting dalam strategi ini. 

Namun, kebijakan yang bervariasi antar provinsi masih menjadi hambatan. Rahmawati dan Hasan (2024) menemukan bahwa provinsi dengan kebijakan integratif lebih berhasil dalam pengembangan kewirausahaan. Oleh karena itu, harmonisasi kebijakan dan koordinasi pusat-daerah sangat diperlukan. 

Ironisnya, di negeri yang kaya akan sumber daya, kita masih mencari cara untuk "memanfaatkan" potensi lokal. Seolah-olah, potensi itu tersembunyi di balik birokrasi dan kebijakan yang saling bertolak belakang. 

Mungkin kita perlu lebih banyak studi dan model untuk menyadarkan bahwa solusi sudah ada di depan mata: berdayakan yang muda, hargai kearifan lokal, dan berhenti menganggap teknologi sebagai sihir. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline